Pikiran terombang ambing
Sayang ini bukanlah di tengah lautan
Kapalku mungkin akan karam
Dan aku tenggelam tanpa pelampung dan sampan penyelamat
Sikap ia kepadaku
Membuat aku bertanya
Sayang rumput hanya bisa bergoyang
Di lambaian angin ia berbisik
Cukup pelan
Aku tak mendengar
Tinggalkan aku dalam kebisuan
Pertama ia terlihat peduli
Bertanya ini dan itu
Seperti derik pintu yang terbuka sekian lama
Aku ikut dalam alurnya
Rumah kecil dalam jiwa
Kami berbincang seolah lama tak bersua
Tanpa kopi atau kudapan
Dan ia bagai teman ternyaman
Tapi waktu cepat terlupakan, cepat berjalan
Apakah ia menemukan kebosanan
Katanya, jangan hanya berpikir seorang
Asumsi sembarang
Lalu bagaimana?
Ia tak memberi penjelasan
Dan yang lain berkata
Jangan banyak kau tanam harapan
Bilamana hujan tak datang
Harapan itu meranggas dalam kekeringan
Aku takut
Lalu siapa yang harus kupercaya
Dan biarlah waktu
Hatiku pasti kembali hambar
Dalam sendiri kau akan temukan damar
Tiap malam akan diganti fajar
Dan puisi ini sampai disini
Tanpa ada kesimpulan
Untuk apa?
Selayaknya memang demikian
Maksud tersembunyi dalam tulisan
Dan timbul banyak tafsiran
Disitulah kenapa puisi kutemukan indah
Mengkaitku lebih dalam tanpa terlepas
Mungkin ia serupa
Mencoba meninggalkanku dalam bimbang
Aku bisa terima
Tapi jangan lama
Aku bisa saja beranjak
Bagaimanapun dunia nyataku perlu kepastian
Keretaku tak mau menunggu penumpang
Dan beberapa hal
Aku hanya akan memberi dua pilihan
Buat saja aku lupa
Hingga pintuku tak mampu kau buka
Atau tinggalah
Berteman hidup sampai tua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar