Kembang api..
Aku merindukan rumah
Rindu kampung halaman..
Rindu adik, ibu, ayah dan taulan..
Post jaga
Aku rindu bersama keluarga
Dan betapapun meriahnya di langit sana
Sepi.. Hatiku sepi
Kembang api..
Aku merindukan rumah
Rindu kampung halaman..
Rindu adik, ibu, ayah dan taulan..
Post jaga
Aku rindu bersama keluarga
Dan betapapun meriahnya di langit sana
Sepi.. Hatiku sepi
Tuhan.. Maafkan
Kenapa saya lupa, bahwa ia juga sama
Yang pasti banyak kesibukan, pekerjaan dan pikiran
Bukannya mendukungnya
Saya malah membebaninya dengan semua sifat kekanak-kanakan
Maaf bila saya belum cukup pengertian
Maaf bila saya belum cukup berpikiran matang dan bijak
Saya bukan siapa-siapa
Maaf berpikir terlalu jauh
Maaf terlalu lancang dan salah paham dengan kebaikan
Seorang dokter muda wanita kecil
Berjalan dengan -tidak-anggun di selasar RS
Terlihat beberapa anak -bukan penghuni- bercanda riang di turunan tangga
Naik ke atas
Meluncur ke bawah
Ah, angin membelai rambut dan raga
Anak-anak
Ciptaan surga
--------
Sejenak ingin kulempar jas
-dimasukin aja sih ke tas-
Lalu bergabung bersama mereka
Struma neck tumor
Soft tissue tumor
Eksisi biopsi
Hecting !!!!
Minor surgery
-as minor as me hahah-
Surgery
I do love you!
mes
Scalpel
I still know little bout you
Yet, i am still need practice more
Let play it
----
Fallin love again with new lab
Surgery
Jejaring
Hati membawaku berkelana
Ke air terjun dan wihara
Embun nampak jatuh
Dari atap langit di tepi tebing
Aling-aling... Ia cantik nian
Tuhanku, kupuji Kau atas ciptaan
Wihara..
Batinku merana
Disana kutemui Budha, tersenyum ia bertanya
-Wahai wanita kecil, apa yang kau minta?
-Buddha kau tahu isi pikiranku
Aku masuk ke dalam
Buddha kedua bertanya
-wanita kecil, apa yang kau cari kemari?
-kau tahu apa maksudku kemari
-byasanya manusia ke sini karena masalah
-apakah semua manusia datang karena masalah?
-tidak, beberapa datang karena panggilan
-lalu, aku masuk yang mana?
-dua-duanya ha ha ha
Seperti biasa Buddha selalu bahagia
Aku cukup tertawa atas leluconnya
Bukan, bukan lelucon biasa
Lelucon kesadaran
Aku bertemu buddha ketiga
Kali ini ia tersenyum kembali
Dont dwel on the past
Dont dream of the future
Just stay on the present
Aku tersenyum
Buddha keempat datang
-Hallo Budha!!
Kusapa ia dengan bahagia
Pagi ini di luar hujan
satu, dua titik air jatuh mmbentuk genangan
Lingkaran-lingkaran gelombang
Menenggelamkanku dlm seribu pikiran
Gemuruh,
Beberapa sikap orang di masa lalu
Telah menanamkan keraguan di hatiku
Apakah ia yang datang kini
Juga akan berlaku sama?
Ah..
Bukankah orang ini adalah ia yang kulihat di mimpi?
Bila ya, perlu takut apa
Toh ia akan kembali
Yah.. Namanya juga hati
Tak ingin tersakiti
Gerimis,
Aku tak berani mendahului waktu
Ketika aku memutuskan untuk mempersamakan mereka
Ah
Sejak kapan?
Baiklah, setelah lama kucibir para mereka yang terlena oleh apa yang disebut perasaan
Kini kalian menang
Tidak akan lagi
Aku bisa mengerti
Aku mencari surat lusuh yang pernah kau kirim untukku
Meski sebenarnya itu adalah surat yang kutulis sendiri dengan khayalanku
Gila
Ya mungkin saja waktu itu aku tak waras
Hanya untuk membahagiakan diri, kutulis surat sendiri dan kukirim untuk diriku sendiri
Dan kubaca seolah itu suratmu yang kau tulis sepenuh hati
Ada janji
Antara aku dan kau
Janji yang sebenarnya antara aku dan khayalanku
Dan masih kuanggap itu janjimu padaku
Suatu hari kelak, kita akan bertemu
Tuhan, engkau dan aku
Satu..
Dan hanya tinggal Tuhan dan aku
Saat kusadari kau hanya produk dari pikiranku
Aku takut aku akan lebih gila lagi
Aku takut bila nanti merindukan khayalan
Memegang janji pada khayalan
Kusudahi
Tinggal aku dan Tuhan..
Kita tak pernah bercakap cakap lagi
Laptop sebagai saksi dan kotak rahasiaku denganmu pun tak dapat diperbaiki
Cuma disana, kenangan kecil antara kita
Kenangan antara aku dan khayalanku
Terkubur bersama waktu
Kau tahu
Kesibukanku di rumah sakit telah membantuku lupa
Tapi sekaligus ia sumber setiap derai air di mataku
Dan saat aku tak mampu memanggil siapapun
Aku kembali memanggilmu
Tuhan, kau dan aku
Kembali kugagah janji itu
Kapan kau akan datang?
Di sayup-sayup hati yang di kesendirian
Berdiri di atas hamparan padang pasir kering
Aku tak punya cukup cinta
"Tak perlu, "
egoku yang sombong menantang bayi kecil terbang dengan panah jantungnya
"aku bisa bertahan, tak perlu siapapun"
Ia mungkin punya banyak cara
Tapi maaf tak ada siapapun yang cukup melekat di mataku
Ia mungkin mengeluarkan kartu
Kartu definitif, atau apalah itu
Atau digerakkan rajanya yang paling kuat untuk menyerangku
Seseorang hadir
Serupa khayalanku
Aku mencari surat lusuh yang pernah kau kirim untukku
Meski sebenarnya itu adalah surat yang kutulis sendiri dengan khayalanku
Gila
Ya mungkin saja waktu itu aku tak waras
Hanya untuk membahagiakan diri, kutulis surat sendiri dan kukirim untuk diriku sendiri
Dan kubaca seolah itu suratmu yang kau tulis sepenuh hati
Ada janji
Antara aku dan kau
Janji yang sebenarnya antara aku dan khayalanku
Dan masih kuanggap itu janjimu padaku
Suatu hari kelak, kita akan bertemu
Tuhan, engkau dan aku
Satu..
Dan hanya tinggal Tuhan dan aku
Saat kusadari kau hanya produk dari pikiranku
Aku takut aku akan lebih gila lagi
Aku takut bila nanti merindukan khayalan
Memegang janji pada khayalan
Kusudahi
Tinggal aku dan Tuhan..
Kita tak pernah bercakap cakap lagi
Laptop sebagai saksi dan kotak rahasiaku denganmu pun tak dapat diperbaiki
Cuma disana, kenangan kecil antara kita
Kenangan antara aku dan khayalanku
Terkubur bersama waktu
Kau tahu
Kesibukanku di rumah sakit telah membantuku lupa
Tapi sekaligus ia sumber setiap derai air di mataku
Dan saat aku tak mampu memanggil siapapun
Aku kembali memanggilmu
Tuhan, kau dan aku
Kembali kugagah janji itu
Kapan kau akan datang?
Di sayup-sayup hati yang di kesendirian
Berdiri di atas hamparan padang pasir kering
Aku tak punya cukup cinta
"Tak perlu, "
egoku yang sombong menantang bayi kecil terbang dengan panah jantungnya
"aku bisa bertahan, tak perlu siapapun"
Ia mungkin punya banyak cara
Tapi maaf tak ada siapapun yang cukup melekat di mataku
Ia mungkin mengeluarkan kartu
Kartu definitif, atau apalah itu
Atau digerakkan rajanya yang paling kuat untuk menyerangku
Seseorang hadir
Serupa khayalanku
Kali ini aku tak cukup mampu mempuisikan hariku
Hanya permasalahan sederhana yang dianggap besar oleh seorang wanita kecil, aku.
Baiklah.. Kumesti mulai dari mana
Aku tak melihat angka nol atau satu untuk memulai
Kukatakan saja intinya
Aku
Seorang wanita kecil
Berasal, lahir, tumbuh dari kampung di kaki gunung batur.. Bukan Kintamani.. Kota itu masih lebih terkenal dari desaku.. Bukan Amed, bukan Karangasem..
Hanya desa kecil dengan sawah dan sungai serta orang-orang yang ramah
Ayahku adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa..ah kubilang guru terlalu singkat..
Ibuku.. Seorang ibu yang baik dan bijak..
Seperti yang dapat kau tahu,
Aku dari keluarga bersahaja..sederhana..
Beberapa tahun yang lalu kuputuskan untuk mengadu nasib ke kota
Melamar pendidikan di kedokteran..
Ibu sempat melarang, termasuk keluarga besar
Banyak ketakutan, banyak keraguan
Di mata kami, pendidikan ini adalah pendidikan "wah" yang hanya diperuntukkan untuk mereka yang lebih dari berkecukupan..
Sepetak hatiku, tentu
Mengikuti jejak ayah sebagai guru adalah hal yang sama mulianya
Tanpa membebani orang tua
Namun sepalung dalam hatiku
Ada cita dan mimpi
Aku ingin belajar, dan menjadi..
Kubiarkan garis takdir menentukan
Diantara dua pilihan
Namun bila sastra memilihku
Aku tau aku akan berjalan di situ
Bukan sastra, namaku tak ada di sana
Kedokteran
Namaku ada di barisan nama peserta lulus masuk kedokteran
Dan apakah kau tanya aku tak riang?
Aku riang
Dan serupa mentari tertutup awan
Di pundakku kadang terasa beban
Kadang terasa sungkan
Atas apa yang ayah dan ibu korbankan
Tak banyak mereka meminta
"belajarlah yang baik"
Hanya itu yang mereka pesankan
Dan apalah yang mampu kulakukan selain memenuhi pesan ayah dan ibu?
Karena masa depanku menjadi taruhan mereka
Dan mereka percaya
Bahwa apa yang mereka lakukan tak akan sia-sia
Salahkah bila kemudian aku berusaha?
Ah
IQku menurut tes yg dilakukan di tahun silam bilang
Hanya di atas rata-rata
Singkatnya, untuk membuatnya berguna
Untuk menambah diri,aku perlu merajinkan diri..
Tak ada maksud lain
Tak ada maksud mengalahkan saudara-saudara serekan
Tuhan, bolehkah aku minta satu pengertian
Bahwa apa yang kulakukan semata-mata agar mampu menjadi seorang anak berbakti
Menjadi dokter yang baik...
Yang menjadi tanganmu..
Namun, kau tahu
Tidak semua orang punya garis hidup yang sama
Tak semua orang punya alasan yg sama
Dan semua orang punya urusan-urusan berbeda
Apa tindak tanduk si wanita kecil
Telah membuihkan raut bringsut di beberapa kawan
Dan dibelakang,mungkin namaku disebutkan
Penyulut negara api menyerang
Perubah peraturan
Si menjengkelkan
Dan entah apa
Aku tak mau berburuk sangka
Kadang mungkin pojok rumah sakit
Menjadi tempat di kesendirian
Kisah kecil wanita kecil
Seorang dokter muda kecil
Ada yang hilang
Atau belum terbiasa
MR jam 6.30
Kursi belakang penuh sosor AC
Dimana tidur adalah kefisiologisan yang diampuni
Dan lab lain tak mengenal itu..
Mungkin hanya belum terbiasa
Lab lain pasti punya keseruan tersendiri
Off the record - kenapa saya sampau sangat melow hanya karena pindah lab? Medic fanatic.. -
Surgery
Wait me
Teach me
Make me fallin in love to you!
Baru saja aku mulai cinta
Dan kini pun harus berpisah lagi
Tapi apa boleh buat?
Dokter muda harus tetap berevolusi
Menemui lab baru untuk rotasi
Anestesi
Mungkin kita akan bertemu lagi?
Dan masa itu diri ini telah bersandang gelar
Menemuimu lagi untuk belajar
Ataukah
Perjalanan berikutnya mampu menarik hatiku
Dan membuat aku tertarik meminangnya
Menjadikan rumahku kelak
Meletakkan namanya di belakang namaku
Terima kasih Tuhan
Terima kasih Guru (konsulen dan residen)
Terima kasih para saudara sejawat (dokter-dokter muda yang penuh harapan, meski kadang ada keluhan, tapi tetap bersemangat)
Dan para staf yang membantu kelancaran kami..
Dalam perjalanan kami menyatakan-menjadikan nyata- mimpi
Baru saja aku mulai cinta
Dan kini pun harus berpisah lagi
Tapi apa boleh buat?
Dokter muda harus tetap berevolusi
Menemui lab baru untuk rotasi
Anestesi
Mungkin kita akan bertemu lagi?
Dan masa itu diri ini telah bersandang gelar
Menemuimu lagi untuk belajar
Ataukah
Perjalanan berikutnya mampu menarik hatiku
Dan membuat aku tertarik meminangnya
Menjadikan rumahku kelak
Meletakkan namanya di belakang namaku
Terima kasih Tuhan
Terima kasih Guru (konsulen dan residen)
Terima kasih para saudara sejawat (dokter-dokter muda yang penuh harapan, meski kadang ada keluhan, tapi tetap bersemangat)
Dan para staf yang membantu kelancaran kami..
Dalam perjalanan kami menyatakan-menjadikan nyata- mimpi