Kembang api..
Aku merindukan rumah
Rindu kampung halaman..
Rindu adik, ibu, ayah dan taulan..
Post jaga
Aku rindu bersama keluarga
Dan betapapun meriahnya di langit sana
Sepi.. Hatiku sepi
Kembang api..
Aku merindukan rumah
Rindu kampung halaman..
Rindu adik, ibu, ayah dan taulan..
Post jaga
Aku rindu bersama keluarga
Dan betapapun meriahnya di langit sana
Sepi.. Hatiku sepi
Tuhan.. Maafkan
Kenapa saya lupa, bahwa ia juga sama
Yang pasti banyak kesibukan, pekerjaan dan pikiran
Bukannya mendukungnya
Saya malah membebaninya dengan semua sifat kekanak-kanakan
Maaf bila saya belum cukup pengertian
Maaf bila saya belum cukup berpikiran matang dan bijak
Saya bukan siapa-siapa
Maaf berpikir terlalu jauh
Maaf terlalu lancang dan salah paham dengan kebaikan
Seorang dokter muda wanita kecil
Berjalan dengan -tidak-anggun di selasar RS
Terlihat beberapa anak -bukan penghuni- bercanda riang di turunan tangga
Naik ke atas
Meluncur ke bawah
Ah, angin membelai rambut dan raga
Anak-anak
Ciptaan surga
--------
Sejenak ingin kulempar jas
-dimasukin aja sih ke tas-
Lalu bergabung bersama mereka
Struma neck tumor
Soft tissue tumor
Eksisi biopsi
Hecting !!!!
Minor surgery
-as minor as me hahah-
Surgery
I do love you!
mes
Scalpel
I still know little bout you
Yet, i am still need practice more
Let play it
----
Fallin love again with new lab
Surgery
Jejaring
Hati membawaku berkelana
Ke air terjun dan wihara
Embun nampak jatuh
Dari atap langit di tepi tebing
Aling-aling... Ia cantik nian
Tuhanku, kupuji Kau atas ciptaan
Wihara..
Batinku merana
Disana kutemui Budha, tersenyum ia bertanya
-Wahai wanita kecil, apa yang kau minta?
-Buddha kau tahu isi pikiranku
Aku masuk ke dalam
Buddha kedua bertanya
-wanita kecil, apa yang kau cari kemari?
-kau tahu apa maksudku kemari
-byasanya manusia ke sini karena masalah
-apakah semua manusia datang karena masalah?
-tidak, beberapa datang karena panggilan
-lalu, aku masuk yang mana?
-dua-duanya ha ha ha
Seperti biasa Buddha selalu bahagia
Aku cukup tertawa atas leluconnya
Bukan, bukan lelucon biasa
Lelucon kesadaran
Aku bertemu buddha ketiga
Kali ini ia tersenyum kembali
Dont dwel on the past
Dont dream of the future
Just stay on the present
Aku tersenyum
Buddha keempat datang
-Hallo Budha!!
Kusapa ia dengan bahagia
Pagi ini di luar hujan
satu, dua titik air jatuh mmbentuk genangan
Lingkaran-lingkaran gelombang
Menenggelamkanku dlm seribu pikiran
Gemuruh,
Beberapa sikap orang di masa lalu
Telah menanamkan keraguan di hatiku
Apakah ia yang datang kini
Juga akan berlaku sama?
Ah..
Bukankah orang ini adalah ia yang kulihat di mimpi?
Bila ya, perlu takut apa
Toh ia akan kembali
Yah.. Namanya juga hati
Tak ingin tersakiti
Gerimis,
Aku tak berani mendahului waktu
Ketika aku memutuskan untuk mempersamakan mereka
Ah
Sejak kapan?
Baiklah, setelah lama kucibir para mereka yang terlena oleh apa yang disebut perasaan
Kini kalian menang
Tidak akan lagi
Aku bisa mengerti
Aku mencari surat lusuh yang pernah kau kirim untukku
Meski sebenarnya itu adalah surat yang kutulis sendiri dengan khayalanku
Gila
Ya mungkin saja waktu itu aku tak waras
Hanya untuk membahagiakan diri, kutulis surat sendiri dan kukirim untuk diriku sendiri
Dan kubaca seolah itu suratmu yang kau tulis sepenuh hati
Ada janji
Antara aku dan kau
Janji yang sebenarnya antara aku dan khayalanku
Dan masih kuanggap itu janjimu padaku
Suatu hari kelak, kita akan bertemu
Tuhan, engkau dan aku
Satu..
Dan hanya tinggal Tuhan dan aku
Saat kusadari kau hanya produk dari pikiranku
Aku takut aku akan lebih gila lagi
Aku takut bila nanti merindukan khayalan
Memegang janji pada khayalan
Kusudahi
Tinggal aku dan Tuhan..
Kita tak pernah bercakap cakap lagi
Laptop sebagai saksi dan kotak rahasiaku denganmu pun tak dapat diperbaiki
Cuma disana, kenangan kecil antara kita
Kenangan antara aku dan khayalanku
Terkubur bersama waktu
Kau tahu
Kesibukanku di rumah sakit telah membantuku lupa
Tapi sekaligus ia sumber setiap derai air di mataku
Dan saat aku tak mampu memanggil siapapun
Aku kembali memanggilmu
Tuhan, kau dan aku
Kembali kugagah janji itu
Kapan kau akan datang?
Di sayup-sayup hati yang di kesendirian
Berdiri di atas hamparan padang pasir kering
Aku tak punya cukup cinta
"Tak perlu, "
egoku yang sombong menantang bayi kecil terbang dengan panah jantungnya
"aku bisa bertahan, tak perlu siapapun"
Ia mungkin punya banyak cara
Tapi maaf tak ada siapapun yang cukup melekat di mataku
Ia mungkin mengeluarkan kartu
Kartu definitif, atau apalah itu
Atau digerakkan rajanya yang paling kuat untuk menyerangku
Seseorang hadir
Serupa khayalanku
Aku mencari surat lusuh yang pernah kau kirim untukku
Meski sebenarnya itu adalah surat yang kutulis sendiri dengan khayalanku
Gila
Ya mungkin saja waktu itu aku tak waras
Hanya untuk membahagiakan diri, kutulis surat sendiri dan kukirim untuk diriku sendiri
Dan kubaca seolah itu suratmu yang kau tulis sepenuh hati
Ada janji
Antara aku dan kau
Janji yang sebenarnya antara aku dan khayalanku
Dan masih kuanggap itu janjimu padaku
Suatu hari kelak, kita akan bertemu
Tuhan, engkau dan aku
Satu..
Dan hanya tinggal Tuhan dan aku
Saat kusadari kau hanya produk dari pikiranku
Aku takut aku akan lebih gila lagi
Aku takut bila nanti merindukan khayalan
Memegang janji pada khayalan
Kusudahi
Tinggal aku dan Tuhan..
Kita tak pernah bercakap cakap lagi
Laptop sebagai saksi dan kotak rahasiaku denganmu pun tak dapat diperbaiki
Cuma disana, kenangan kecil antara kita
Kenangan antara aku dan khayalanku
Terkubur bersama waktu
Kau tahu
Kesibukanku di rumah sakit telah membantuku lupa
Tapi sekaligus ia sumber setiap derai air di mataku
Dan saat aku tak mampu memanggil siapapun
Aku kembali memanggilmu
Tuhan, kau dan aku
Kembali kugagah janji itu
Kapan kau akan datang?
Di sayup-sayup hati yang di kesendirian
Berdiri di atas hamparan padang pasir kering
Aku tak punya cukup cinta
"Tak perlu, "
egoku yang sombong menantang bayi kecil terbang dengan panah jantungnya
"aku bisa bertahan, tak perlu siapapun"
Ia mungkin punya banyak cara
Tapi maaf tak ada siapapun yang cukup melekat di mataku
Ia mungkin mengeluarkan kartu
Kartu definitif, atau apalah itu
Atau digerakkan rajanya yang paling kuat untuk menyerangku
Seseorang hadir
Serupa khayalanku
Kali ini aku tak cukup mampu mempuisikan hariku
Hanya permasalahan sederhana yang dianggap besar oleh seorang wanita kecil, aku.
Baiklah.. Kumesti mulai dari mana
Aku tak melihat angka nol atau satu untuk memulai
Kukatakan saja intinya
Aku
Seorang wanita kecil
Berasal, lahir, tumbuh dari kampung di kaki gunung batur.. Bukan Kintamani.. Kota itu masih lebih terkenal dari desaku.. Bukan Amed, bukan Karangasem..
Hanya desa kecil dengan sawah dan sungai serta orang-orang yang ramah
Ayahku adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa..ah kubilang guru terlalu singkat..
Ibuku.. Seorang ibu yang baik dan bijak..
Seperti yang dapat kau tahu,
Aku dari keluarga bersahaja..sederhana..
Beberapa tahun yang lalu kuputuskan untuk mengadu nasib ke kota
Melamar pendidikan di kedokteran..
Ibu sempat melarang, termasuk keluarga besar
Banyak ketakutan, banyak keraguan
Di mata kami, pendidikan ini adalah pendidikan "wah" yang hanya diperuntukkan untuk mereka yang lebih dari berkecukupan..
Sepetak hatiku, tentu
Mengikuti jejak ayah sebagai guru adalah hal yang sama mulianya
Tanpa membebani orang tua
Namun sepalung dalam hatiku
Ada cita dan mimpi
Aku ingin belajar, dan menjadi..
Kubiarkan garis takdir menentukan
Diantara dua pilihan
Namun bila sastra memilihku
Aku tau aku akan berjalan di situ
Bukan sastra, namaku tak ada di sana
Kedokteran
Namaku ada di barisan nama peserta lulus masuk kedokteran
Dan apakah kau tanya aku tak riang?
Aku riang
Dan serupa mentari tertutup awan
Di pundakku kadang terasa beban
Kadang terasa sungkan
Atas apa yang ayah dan ibu korbankan
Tak banyak mereka meminta
"belajarlah yang baik"
Hanya itu yang mereka pesankan
Dan apalah yang mampu kulakukan selain memenuhi pesan ayah dan ibu?
Karena masa depanku menjadi taruhan mereka
Dan mereka percaya
Bahwa apa yang mereka lakukan tak akan sia-sia
Salahkah bila kemudian aku berusaha?
Ah
IQku menurut tes yg dilakukan di tahun silam bilang
Hanya di atas rata-rata
Singkatnya, untuk membuatnya berguna
Untuk menambah diri,aku perlu merajinkan diri..
Tak ada maksud lain
Tak ada maksud mengalahkan saudara-saudara serekan
Tuhan, bolehkah aku minta satu pengertian
Bahwa apa yang kulakukan semata-mata agar mampu menjadi seorang anak berbakti
Menjadi dokter yang baik...
Yang menjadi tanganmu..
Namun, kau tahu
Tidak semua orang punya garis hidup yang sama
Tak semua orang punya alasan yg sama
Dan semua orang punya urusan-urusan berbeda
Apa tindak tanduk si wanita kecil
Telah membuihkan raut bringsut di beberapa kawan
Dan dibelakang,mungkin namaku disebutkan
Penyulut negara api menyerang
Perubah peraturan
Si menjengkelkan
Dan entah apa
Aku tak mau berburuk sangka
Kadang mungkin pojok rumah sakit
Menjadi tempat di kesendirian
Kisah kecil wanita kecil
Seorang dokter muda kecil
Ada yang hilang
Atau belum terbiasa
MR jam 6.30
Kursi belakang penuh sosor AC
Dimana tidur adalah kefisiologisan yang diampuni
Dan lab lain tak mengenal itu..
Mungkin hanya belum terbiasa
Lab lain pasti punya keseruan tersendiri
Off the record - kenapa saya sampau sangat melow hanya karena pindah lab? Medic fanatic.. -
Surgery
Wait me
Teach me
Make me fallin in love to you!
Baru saja aku mulai cinta
Dan kini pun harus berpisah lagi
Tapi apa boleh buat?
Dokter muda harus tetap berevolusi
Menemui lab baru untuk rotasi
Anestesi
Mungkin kita akan bertemu lagi?
Dan masa itu diri ini telah bersandang gelar
Menemuimu lagi untuk belajar
Ataukah
Perjalanan berikutnya mampu menarik hatiku
Dan membuat aku tertarik meminangnya
Menjadikan rumahku kelak
Meletakkan namanya di belakang namaku
Terima kasih Tuhan
Terima kasih Guru (konsulen dan residen)
Terima kasih para saudara sejawat (dokter-dokter muda yang penuh harapan, meski kadang ada keluhan, tapi tetap bersemangat)
Dan para staf yang membantu kelancaran kami..
Dalam perjalanan kami menyatakan-menjadikan nyata- mimpi
Baru saja aku mulai cinta
Dan kini pun harus berpisah lagi
Tapi apa boleh buat?
Dokter muda harus tetap berevolusi
Menemui lab baru untuk rotasi
Anestesi
Mungkin kita akan bertemu lagi?
Dan masa itu diri ini telah bersandang gelar
Menemuimu lagi untuk belajar
Ataukah
Perjalanan berikutnya mampu menarik hatiku
Dan membuat aku tertarik meminangnya
Menjadikan rumahku kelak
Meletakkan namanya di belakang namaku
Terima kasih Tuhan
Terima kasih Guru (konsulen dan residen)
Terima kasih para saudara sejawat (dokter-dokter muda yang penuh harapan, meski kadang ada keluhan, tapi tetap bersemangat)
Dan para staf yang membantu kelancaran kami..
Dalam perjalanan kami menyatakan-menjadikan nyata- mimpi
Sudah 8.13 pm
Aku belum mandi
Yang paling mengkhawatirkan, belum dapat pasien ujian
Cuma disini kutumpah keluhan
Ketikan-ketikan tak penting
Hanya pereda hati yang genting
Tidak, aku tidak mau sinting
Ini hanya agar aku tahan banting
Seringan ranting, setajam gunting
Aaaaaa rambut mulai kriting
Dan jalanku mulai bagai kepiting
Lompat tupai melenting
Gilaa ini sinting!
Trisiklik ding!
Kelinci kelinci mampu melompat jauh
Kangguru, tupai, katak dan beberapa mamalia darat mampu melakukannya
Setiap mereka berpesan serupa
Jangan jatuh ke lubang yang sama
Kelinci kelinci mampu melompat jauh
Kangguru, tupai, katak dan beberapa mamalia darat mampu melakukannya
Setiap mereka berpesan serupa
Jangan jatuh ke lubang yang sama
Hari ulang tahunmu baru saja berlalu
Dan aku masih belum memberi hadiah apapun
Langit di atas tahu
Tak ada yang kumiliki selain dirimu
Saat aku datang ke pestamu
Aku kembali tak tepat waktu
Adakah sisa tempat?
Bahkan bila itu harus diujung pintu
Aku rindu percakapan kita
Tentang kenapa dan bagaimana
Oxygen curve disociation
Autonomic nervous system
Adrenergic, cholinergic
Symphatetic, parasymphatetic
Pediatric anesthesy
Respiration system, cardiovascular system
Prone position, blood tranfusion
Fluid therapy
Aku rindu perdebatan kita
Tentang apa yang seharusnya
Propofol, fentanyl atau ketamin?
HES atau kristaloid?
RL atau NaCl?
Lidocain atau Bupivacain?
Atrakurium atau suksinilkolin?
Skopolamin atau atropin?
Nasal kanul atau sungkup muka venturi?
Aku rindu setiap detik waktu yang berlalu di OK dan saat kita jaga
Setiap ventilasi dan perfusi
Kesempatan untuk intubasi
Oxygen delivery dan saturasi
Jackson Rees dan corrugated
STATICS
I am in love with you
Anestesi :)
..
dan nasib selalu menjadi kambing hitam
Atas penggalan cerita yang tidak bisa disambungkan
..
Selamat jalan
Semoga damai di keabadian
Di sisi Tuhan
..
" Life is not just breathing, eating or walking. Life is about how you make your life full of meaning. "
Sampan kecil mampir di pesisir
Katanya ia akan lewat di kali besar
Itu rumah yang dulu, sebelum si daun kering menjadi penyu
Beberapa kalajengking sempat lewat
"kau tak pulang?"
Batin meragu, perlu?
Setelah pesisir begitu nyaman, tak ingin ditinggalkan
Mungkin cabang dan ranting merindu
Dan tak salah bila aku kembali sejenak
Hanya untuk bertemu
Sampan melaju pelan
Perlahan dalam ketidakpastian
Aku menyongsong janji yang dibuat hati
Agar ia lega
Bulan separuh ikut mengantar
Sinarnya cukup berbincang bisu
Banyak makna
Satu dua terpaku di antara papan kayu
Hatiku mungkin telah sebagian terpatri di pesisir
Mulai bertanya
Dimana rumah? Kemana pulang?
Sampan menepi.. Akar-akar mangrove, menahan sekaligus menjadi tangga pulang
Sirip-siripku tak cukup kuat
Kutunggu di bawah saja
Kutitip pesan pada lalat yang lewat
Sampaikan pada cabang paling tinggi, aku kembali
Cabang tak meliuk
Pun angin yang menekukkan tak membuatnya menoleh
Aku hampa, terlupakan?
Bukan lagi daun kering
Siapa yang mengenal daun kering dengan bau air
Kita satu rumah
Karena itulah aku telah menganggapmu saudara
Aku telah memesan dari jauh
Pada kalender dan masa yang akan datang
Sebuah jaminan aku akan bertemu engkau
Sebuah cerita, seorang saudara
Dan sebaris kata
Dan perasaan bahwa aku bisa pulang ke rumah
Kita punya mimpi
Dari rumah yang sama, aku yakin aku punya penunjuk jalan
Dan panutan
Bahkan belum ada masa
Setelah kau menghilang
aku tak akan pernah punya masa
Mereka yang lalu pernah berbagi matahari denganmu
Pun kini tak punya masa
Kami tak akan punya masa
Bila itu untuk engkau
Hanya lembaran usang, yang akan mereka jaga baik sebaik mereka mengingatmu
Sebaik kau yang mengingat mereka
Hanya Tuhan yang kini punya masa
Atas kami
Atas kakak sepenuhnya
Ada banyak malaikat surga
Pasti..
Burung burung terbang
Kepakan sayapnya membawa udara
Angin serta merta membawa berita
Mengapa ia berhembus ke barat?
Senja telah cukup jingga
Tertutup kelabu menderu awan hitam
Hujan
Manusia manusia berderet
Ada apa dengan raut wajah kalian?
Sendu layu, tanah tak punya cerita
Kenapa memandang ke bawah?
Hujan tumpah
Tetesannya menghujamku
Di tiang tiang aku berlindung, tetap basah
Di tiang aku bersandar, aku tetap lemah
Daun kering kecil
Aku telah jauh dari akar-akar pohonku
Mengikuti arus
Menari di gelombang air
Mungkin saja dalam, namun akan tetap mengalun di permukaan
Kau tahu daun kering
Waktu lah raja yang memutuskan hidup
Kapan ia harus berjalan
Kapan ia harus berhenti
Dan kapan sang raja memberi kesempatan
Aku daun kering kecil
Waktu dan lumut menumbuhkan sisik dan cangkang di punggung
Penyu kecil, keempat kakinya hanya sirip serupa ikan
Gerakku lebih bebas
Hilang timbul di tepian
Sesekali lamban
Tak apa.. Di air kau mampu kalahkan hiu..
Ah, bukan tujuan si penyu kecil
Ia hanya berenang
Mengikuti gelombang
Tak ada yang ingin tuk dikalahkan
Bukan 17an dengan perlombaan
Setiap hari adalah permainan
Meliuk badan, menyibak tekanan
Berjemur di bebatuan
Penyu kecil
Kau punya cangkang
Bila takut, masuklah
Bila lelah masuklah ke rumah
Rumah yang selalu kau bawa dimanapun ada gelombang dan karang
Hatimu pun cangkang..hatimu pun rumah
Daun daun kering jatuh
Di atas air dan membawanya pergi jauh
Apakah kelak kalian akan rindu?
Aku merindukan ranting-ranting yang menyangga tangkaiku
Rindu cabang-cabang kokoh yang menopangki
Rindu matahari dan sinarnya yang membantu menelurkan bunga dan buah
Apakah di sana lebih baik daripada di sini?
Daunku semakin tua dan coklat
Tak mungkin bersemai dan kembali jadi pucuk
Sekali injak aku renyah dan pecah
Tapi air telah menapis seratku yang rapuh
Ah, ingatanku terbang pada beberapa orang
Orang yang baru kukenal seumur bunga yang kembang
Aku tak tahu, apakah kehadiran mereka
Atau kata yang mereka ujarkan
Membesarkan hatiku melapangkan jalan impianku
Hanya waktu
Dan aku mungkin hanya pierlu mengikuti gelombang air
Hilir telah dekat
Aku akan berhenti si sudut semak
Biarkan arus perlahan menggerus serat
Hanya tinggal tangkai
Mendung,
Aku kembali ke posisiku
Jarum, spuit, ondan dan ranitidin
Apa kabar kalian?
Kita jumpa di ok yang berbeda
Bermil-mil jauhnya dari tempat aku bertemu kalian
Kalian tetap sama
Mirip tuyul-tuyul mungil berkepala lancip
Awas, baik-baiklah
Leher kalian akan kupatahkan
Menyeruput habis isi tubuhmu
Mengalirkanmu dalam nadi pasienku
Premedikasi
Pasien nyaman
Induksi mudah
Obat-obat bius tak perlu kuberi banyak
Dan pasienpun tak akan meneteskan liur berlebih
Ah apa ini
Bukan puisi
Hapalan premedikasi
Titik
Gerimis menghantarkan aku menyibak kepulan asap angan angan
Jiwa ini masih kanak-kanak
Begitulah kata ayah, ibu, saudara dan sahabat
Capung-capung terbang
Bolehkah aku ikut menumpang?
Aku ingin ke negeri penuh bunga
Disana bertemu ratu peri yang baik
Dengan daun-daun teranyam jadi mahkota
Susunan kata-kata mencoba meneruskan maksudku
Mereka terpampang
Menarik ujung alis ke dalam
Ombak-ombak lebih ramai
Kerang-kerang lebih keras mencengkeram
Kata-kataku sepi, mudah tertebak
Kembali bertanya apa hati yang simpang lalu
Gubuk kecil tempat singgah
Ia kosong
Tak ada dipan, kursi atau meja
Biliknya hanya bambu-bambu kurus
Yang datang bisa duduk sejenak
Ini ada teh,masih hangat, aroma jahe
Biskuit sedikit taburan perasa kelapa
Begitu habis, pergilah
Kembali ke jalan dimana harus berjalan
Piring ini akan kucuci
Remah-remah sisa kan kubagikan pada semut hitam yang rajin menungguku di cela retak dinding bambu
Ini hanya persimpangan
Bila nakhoda telah bersiap
Bergegaslah, kapal tak menanti di pelabuhan
Hatiku simpang lalu
Ia mencoba bertanya sajak romantis
Maaf aku masih punya janji
Malaikat-malaikat datang
Nampak seperti itu
Orang-orang sawah pun tak mengapa
Semua boleh bersuka ria
Gerimis
Jadi milik hati yang sendiri
Sudah kukirim lewat pos
Mungkin daun hendak ikut berpaut
Kering dan melayu
Kadang itu memang peraturan waktu
Bila ada masa purnama
Ada pula saat bulan itu tak kita sua
Tidak bisa kumengerti
Jangan bertanya
Aku tak punya jawaban yang lengkap
Tak cukup dengan kalkulus
Hukum-hukum pun tak ada
Setengah cinta
Jangan. Aku menolak
Aku tak mau makan bila bukan dengan piringku
Sendok-sendok tak akan mau menari
Pisau-pisau cukup tajam
Mengiris sayuran saja atau beberapa buah warna merah
Jangan hati, jangan iris hati
Untukmu
Suratku sudah sampai?
Kau kirim apa sebagai balasan
Ayo berbincang sejenak
Mawar-mawar merekah cantik di kepalaku
Petik satu
Dan duri mungkin merogoh ke dagingmu
Tidak, tidak ada.. Mawar yang boleh kau petik dari kepalaki
Tak mau melukaimu
Kemarin
OK 23.46
"Dik, ayo coba ambil darahnya, bisa kan?"
-aku bersiap mengambil darah
Dalam hati aku memanggilmu keras-keras
Tolong, bantu aku..
"yak, bagus, sekarang bawa ke lab"
-sebuah kata sederhana
Sebuah kesempatan yang bagi siapapun adalah hal biasa
Dalam hati aku berseru padamu keras-keras
Terima kasih
"Sini Dik, sebelah sini. Coba nyungkup.. Perhatikan baik-baik"
-aku si kecil
Bergemetar
Konsulen memanggil
Menempatkan aku di sebelahnya
Mengajari
Membimbing
Sekali lagi, tolong aku..
"ya, begitu. Tekan di sungkupnya, dagunya agak naik. Ya, itu sudah masuk udaranya"
-hal kecil bagi yang lain
Bagiku adalah hal besar
Terima kasih, kau membantu lagi
-aku mendorong brankar
Wajah pucat lesu
Sedikit anemis
"ayo !- dengan isyarat ' semangat '"
Hal biasa
Bukan apa-apa
Tapi untukku, membuatku terbata
-serupa kaktus
Tanpa air, ia masih bisa hidup
Panas terik, ia masih bisa bertumbuh
Bukan, ia bukan makhluk paling kuat
Ia bisa mati, terkikis pasir kering
Namun saat ini ia memang harus menguatkan diri
Tapi, siapa peduli
Biarlah, toh cuma kaktus
Hujan
Ia bahkan tidak tahu ia boleh minta hujan
Ah, kaktus kecil, tetaplah bertahan dalam setiap keadaan
Andai engkau tahu
Satu tetes embun mampu meretas kelopakmu
Tak apa
Semasih ada pagi
Kau akan selalu diberkati tetesan embun
Sampai nanti hujan turun
Terima kasih atas hari kemarin dan hari ini :)
Atas residen-residen yang baik hati, ramah dan murah berbagi ilmu
Atas supervisor yang memotivasi
Atas keluarga yang menyayangi
Atas sahabat-sahabat
Dan atas Engkau
Maha cintaku
Tiap sendok di kueku sebelumnya
Selalu tercecap asam
Asin, hambar
Ah kau bertanya
Tidak bisa buat kue?
Apakah engkau suka kue?
Jika ya, akan kubuatkan
Namun kadang, siapa lagi
Yang mau menerima kue kue kecilku
Yang kadang gosong
Kecut asam asin manis
Kau lebih tahu
Tak pernah ada yang tak manis untukmu
Yah, seperti engkau tahu
Jika aku menghubungimu
Ada alasan dibalik semua itu
Rindu
Atau sebentuk keluh kesah
Yang hanya bisa kubagi denganmu
Ayo jawabkan untukku
Aku meragu
Ketika kutemui kegagalan
Apakah pertanda hari depan
Aku takut
Tak mampu
Bukan jalanku
Yakinkan aku
Aku bisa dan pantas
Di jalan ini
Genggam aku erat-erat
Kekasihku
Kemarin aku tak sempat menghubungimu
Engkau tahu
3 hari lalu aku jaga
2 hari lalu begadang menyelesaikan paper
Dan kemarin rasa lelah menang atas ragaku
Dan kantuk tiada tertahan
Tidurku pulas
Aku lewat di rumahmu
Seperti biasa
Mencari ketenangan batin
Memuaskan rindu padamu
Namamu diulang berkali-kali
Hatiku berseru
Aku rindu padamu!
Kapan bisa bertemu?
Central Surgery Instalation
Operation Theathre 7
Berdiri mematung di antara orang-orang yang sibuk
Hanya observer-
Sekali-sekali pengambil obat ke depo
Sekali-sekali pendorong brankar
-tetap gagah dan bangga
Ini juga bagian dari penyelamatan!
Bayangkan kalau residen yang harus mengambil obat
Siapa yang awasi pasien?
Kalau-kalau ini itu terjadi pada pasien,kamu bisa?
-mortalitas morbiditas
Sedapatnya Hindari
Lakukan usaha prevensi
Bayangkan kalau mbok-mbok yang ngambil
Dik, kalau begitu mereka yang asisten dong?
-hidup ini hanya sekali
Masa co-assisten pun hanya sekali
Ingat, dulu kala
Saat pertama kali kita masuk gerbang FK
Puji syukurnya diri dan keluarga
Di tempat lain, ada yang menangis
Memohon meminta
Seperti kita, menjadi kita
Ingat Janji!
Wahai Dokter Muda
Menghargai setiap kesempatan yang diberikan
Dengan sebaik-baiknya
Ruang OK
"Dik, ayo siapa mau nyungkup?"
-Aku maju
Memposisikan tangan di sungkup muka
"Bukan gitu caranya Dik
Duh, kamu dulu ngga lulus skilllab ya?"
-kelingkingku dipindah ke ujung dagu
Salah pegang sungkup
Satu temanku kembali mengulangi, kamu ngga lulus skill lab!
Dia mengulangi lagi
Mengulang beberapa kali
Kamu ngga lulus skill lab!
-ah, dua kata itu menusuk
"Ayo Dik, coba cek matanya"
-aku buka kelopak mata
Pasien di atas meja operasi
"Bukan gitu Dik
Cek di bulu matanya
Ngedip ngga?"
-diikuti gelak tawa, 1, 2, 3.. 6 orang residen
"Dik, bantu isi salep matanya ya?"
-aku pencet gentamisin
Mulai dari lateral
"Dik, isinya di mata
Bukan di bulu mata
Mau ngisiin eyeliner kamu Dik?"
-dan kembali mereka tertawa
Kupaksa ikut tertawa
Menertawakan diri sendiri
Konyol
Batinku meringis
Aku tak sekuat itu, kau tahu..
"Lebih baik sekarang salah
Daripada setelah jadi dokter kamu salah"
-tetap saja
Tak cukup menghibur
Hari ini tak akan kulupakan
Kalian, kalian, kalian
Dendam?
Tidak aku tidak suka
Benci?
Ah itu apa lagi
Cuma cerita untuk cucu-cucu nanti
Atau murid-muridku nanti
Fraktur cruris,
Pediatri,
Dik, nanti jam 7, jelasin saya tentang pediatri ya
Ulserasi korneosklera,
Dik, siapa yang sudah lewat mata?
Siapa yang udah lewat ped?
Hm,ok, bagi aja ya
kamu mata, kamu ped, kamu kardio
Pergantian jam 12,
Dik, inget ya, ntar jam 7
Mata, ped, kardio
-Oh dokter residen chief
Mengapa oh mengapa
Ada paper yang harus kubuat
Tapi di telingaku selalu terngiang-ngiang mata ped kardio
Mata ped kardio
Fajar,
Aku terjaga
Laptopku masih belum hidup
Sudah kutanya sahabat
Mereka tak bisa membantuku
Waktu,
Terus mengejarku
Begitu juga teman-teman kelompok
Sudah, sudahkah ?
Nafas tersengal, hati terseok
Dengan ini
Apa papermu jadi?
Ah, dik koas
Ayo, apa tanda-tanda kesulitan airway?
Peningkatan usaha nafas
Retraksi dada
Pergerakan dada asimetris
Tidak ada suara nafas
Atau ada tambahan suara nafas
Sumbernya?
Baik, ini puisi bukan artikel ilmiah
Orang sastra mungkin akan mengamuk
Apa ini?
Itu yang disebut puisi?
Amburadul!
Tidak berpaut
Nyambung kesana kesini
Ah, maklum
Bukan bidang utamaku
Tapi aku telah berteman, sedari kita SD
Cukup
Sana, baca buku hemodinamik
Terapi oksigen, obat-obat premedikasi
05.54
07.00 bersiap jaga
Hari minggu
Liburpun kerja?
Tunggu, libur? Apa itu?
Semacam menu nasi campur?
Aku tidak kenal
Penyakit juga tidak kenal
Siapa yang mendengar
Tangisan kucing di tengah malam
Kehilangan ibunya? Kelaparan?
Tenanglah Nak, masih kau punya rembulan
Siapa yang mendengar
Lolongan anjing di tengah malam
Sepi meski berkawan
Sesekali teman
Sesekali lawan
Berebut makanan
Siapa yang melihat
Kunang-kunang terbang gontai
Di sela hutan, di pucuk daun teruntai
Siapa yang hendak kau terangi jalan?
Dengan lampu kecilmu? Pun hanya berkedap-kedip
Meramaikan malam?
Siapa yang peduli
Aku tetap terjaga di tengah malam
Untuk mendengar tangisan kucing?
Untuk mendengar lolongan anjing?
Untuk bersaksi atas hadirnya kunang-kunang?
Karena kalian
Karena aku
Kalian tidak sendiri
Ada aku
Aku tak sendiri
Ada kalian
Lihat, laptopku tidak menyala lagi
Bagaimana?
Harus bagaimana?
Besok aku jaga
Senin tulisan ini harus dikumpul
Sabtu harus jadi
Minggu ke empat maju
Bila kau disini, aku yakin
Kau akan meminjamkan untukku
Ah, kau didepanku
Apa aku tak cukup berusaha?
22 tahun
Kau tau itu hampir seperempat abad
Dan aku masih saja
Seperti anak kemarin siang
Ah
Siapa lagi kalau bukan engkau
Tempatku satu-satunya
Baiklah, ayo keajaiban!
Laptop, hiduplah
Bukankah aku sudah janji?
Tidak akan menonton drama, main game denganmu
Kumohon
Senin menungguku
Dan hari ini
Aku bertemu satu lagi malaikatmu
Seperti di hari-hari lain
Dengan malaikat-malaikat lain
Ia mengajariku
Malu, sungguh
Banyak yang tak aku tahu
Tapi seperti engkau yang selalu sabar padaku
Ikhlas menerima murid yang dungu
Ia bertanya
Sesekali kujawab dengan bangkitan lena
Ia hanya menghela nafas
Menggeleng
Akhirnya menjawab pertanyaan yang ia ajukan sendiri
Ah, jangkrik-jangkrik tertawa
Suara mereka lebih nyaring
Dokter muda, kamu tau apa?
Aaa wajahku yang biasa tegang
Masam, berminyak
Mata kucing yang mengantuk
Badan berkeringat bau berpeluh
Sudah senja
Aku masih di lorong
Aku tahu, engkau hadir dalam jiwa-jiwa malaikat itu
Ah, jangan buat aku menangis
Kau selalu, selalu...
Kuminta padamu
Semoga malaikat itu hidup berbahagia dengan keluarganya
Panjangkan umurnya, lancarkan jalannya
Dan anak-anaknya
Atas kemalaikatannya hari ini kepadaku
Padamu
Tunggu,
Biarkan aku mengusap mataku
Terima kasih
Terima kasih selalu ada di dekatku
Terima kasih selalu hadir
Membantuku
Dalam setiap jiwa-jiwa malaikatmu
Pada hembus angin malam yang melelapkanku
Kau dan malaikat-malaikatmu
Sekali lagi, terima kasih :)
Sudah jam 3
15.00 Wita
Aku berlari di bawah terik matahari
Bohong
Jalan biasa
Tidak terlalu santai
Mengejar waktu
Kaplingan! Aku menunggumu!
Dik kaplingan ngga keluar hari ini..
Lho kenapa Dok?
Berlalu
Aku benda asing
Batu di tengah jalan
Wahai Aku, minggirlah
Aku kecil si penghalang
Terdiam
Matahari masih terik
Kutunggu sore
Kaplingan! Aku menunggumu!
Esok tak kuasa
Jangan
Jangan lama
Siang
Di pojok RC, dekat jendela
Angin lumayan sepoi
Membantu evaporasi
Alasan lain
Ada cuk kontak
Hp dan charger pinjaman
Menunggu print out pre op
Apa??
Sungguh, Nak kau mati
Buang waktu percuma
Ayo Bangun!
Nasi 8 ribu
Air 3 ribu
20 ribu, tidak ada kembalian
Kembali 10, loh?
Dok yang ngutang ya?
Ambil kerupuk
Sama aja Dok, ngga ada seribuan
22 ribu, kembali 10
Nasi, air, kerupuk
Ini makanan sehat?
Atau dagang terlalu komersil
Aaa jangan salahkan mereka
Cuma bayar pajak
Padamu
Ini
Kulempar kerupuk
Aku menggigil
Bukan karena fentanil atau morfin
Disini terlalu dingin
Udara OK
Aku mengantuk
Bukan karena propofol
Bukan hirupan sevofluran
Sudah biasa
Post Jaga
Aku mengeluh
Ya seperti kerbau yang melenguh
Bukan karena hidup,bukan masa sebagai koas
Bukan residen bukan konsulen
Ketidak adilan
Aku terdiam
Teman
Bukan cuma kecurangan
Alih-alih pengertian
Cukup
Tidur saja
Bukuku bertumpuk
Menunggu kugagah tiap lembarnya
Menyantap dan mencernanya di lobus frontalisku
Aku masih berkutat
Ujung-ujung phalang distal yang tak diam-diam
Apa ini?
Keluhan?
Hanya beristirahat sejenak
Tapi sejenak ini sungguh terlalu lama
Esok aku akan menemuimu lagi
Di tempat biasa
Aku belajar dulu
Aku ingin jadi dokter
Ya, ya, sebelum kau yang menegurku untuk melaksankan kewajibanku
Ayolah, aku hanya merindukanmu
Aku akan kembali ke mejaku
Menghabiskan buku-buku ini
Tak lama lagi
Tak lama lagi kau harus menungguku
Aku datang nanti dengan jas putih
Seperti yang sering kau kobar-kobarkan
Oya, mereka mempertanyakan lagi
Tentang aku, tentang Engkau
Tentang kita
Lalu kujawab apa
Iya
Hanya itu saja
Kenapa tak kau bungkam mereka?
Engkau ingin mengujiku?
Seberapa niatku untukmu?
Maaf aku lancang
Terlalu berani menebak
Engkau yang di luar batas imajinasiku
Mereka semua menoleh padaku
Seolah aku tersangka utama
Apa yang salah antara aku dan engkau
Mereka tak pernah memberiku makan
Mereka juga tak ada saat aku perlu bala bantuan
Ya seperti katamu, aku tak perlu memusingkan itu
Hanya kita, hanya aku, hanya engkau
Lidah-lidah cukup tajam
Tapi pikiran yang sinis adalah tameng terlemah
Dan garam yang bisa kutaburi sendiri di lukaku
Aku bisa menggantinya
Hati baja, hati yang suci
Benteng terkuat
Seperti katamu
Aku lebih tangguh dari siapapun itu
Baiklah..
Ini senyumku yang paling manis
Penghujung hari,
Aku lelah
Padahal aku baru saja terbangun
Baru saja menjelajahi mimpi
Aku meringkuk lagi
Menemui engkau
Sekadar bercerita, bertegur sapa
Namun seperti biasa
Hanya kudapati kau meminjamkan telinga
Mungkin dibelakang mataku kau tengah bertindak
Menjawab tanya-tanyaku
Engkau mendengar
Aku tau
Kau tak langsung berkata
Sungguh,sekali saja aku ingin memdengar kau bersuara
Ah, jika ya
Kau tau mungkin aku akan ketakutan
Baiklah
Engkau selalu disini
Mendengarkan aku berceloteh tanpa arah
Ya siapa lagi?
Karena engkau yang paling sabar
Dan kau tahu aku tak mau dihakimi
Kita dekat, sangat dekat
Itu kata orang-orang
Terlalu dekat, aku belum cukup mampu rasa
Kelak, ya pasti
Kita bersua seperti sebelumnya