Blinking Cute Box Cat

Minggu, 30 November 2014

Paprika #10

Aku melihat pohon besar
Ia tumbuh kokoh di tengah kuburan
Bermeter-meter tingginya serupa raksasa
Cabangnya seakan menjangkau angkasa
Daunnya hampir menyentuh bianglala

Kemarin hari, pohon itu kukira mati
Tak berdaun
Cuma sisa batang dan ranting..
Aku memperhatikannya
Setiap aku berlalu lalang di jalan raya

Lama, aku baru memahami
Pohon tua ini penanda musim
Kemarin ia meranting di musim kering
Kini ia menghijau saat usai kemarau

Harusnya..

Harusnya hujan sudah turun lagi
Hanya sekali kemarin saja
Kemana hujan pergi?

Awan mendung hitam bergumpal
Mereka ibunya para hujan lebat
Jiwaku sudah sangat girang
Pertanda hujan pasti datang
Bahkan kilat dan guntur bersahutan
Menyambut hari dengan hujan

Harusnya..

Gumpalan awan tiba-tiba memudar
Seperti kumpulan domba yang terhalau dan bubar..

Tampak beberapa cahaya, menyorot, mengusir kawanan awan..
Kata ibu itu laser penangkal hujan

Ah. Manusia
Sampai kapan kau lawan kodrat alam
Pohon kau tumbangkan
Kini hujan kau batalkan

Dunia sudah panas..

Hujan di bulan ini sudah turun..seharusnya..

Cahyanidwy, November 2014

Sabtu, 29 November 2014

Paprika #9

Lah.. Lihatlah
Bukankah sekarang hidup kita makin mudah?
Untuk bicara, cukup tekan
Untuk berpesan, cukup tekan
Segalanya "cukup tekan"
Hidup semuanya serba instan

Lah.. Lihatlah juga
Setiap cerita, kata dan keluh kesah
Dari yang penuh duka,
Penuh suka cita
Bahkan berita-berita pribadi yang tak layak jadi berita
Semua mencuat di sosial media

Lah.. Lihatlah
Bagaimana kabar gembira, bisa dirayakan bersama, disiarkan secara massal
Dikuti banjir ucapan-ucapan "selamat.."

Lah, ada pula..
Ketika satu yang apakah tak punya sandaran
Tak punya buku harian
Terkadang menghujat kejam
Di media yang sama

Apapun yang kubuka
Isinya cuma keluhan
Keluhan, keluhan..
Apakah itu perlu disiarkan?
Siapa sesuangguhnya sasaran atas kata-kata yang menyakitkan?

Lah.. Sesekali kita sama
Karena ada hati yang perlu bersuara..

Apa yang engkau tulis
Adalah apa yang pikir
Jangan, jangan kata-kata sadis
Karena ada hati lain yang mungkin teriris
Jangan terlalu sering mengeluh..kau bukan kerbau yang melenguh

Lah..

Cahyanidwy, november 2014

Jumat, 28 November 2014

Paprika #8

Aku melihat seorang anak perempuan
Pulang, ditunggu oleh ayahnya
Ia bukan anak TK,
Bukan juga anak SD, SMP atau SMA
Ia juga bukan anak sekolah luar biasa
Ia seorang anak kuliahan
Mahasiswi kedokteran

Ayahnya bertanya,
"Nak, kau mau buku apa lagi?"
Si anak mengujar beberapa nama yang kuketahui
Nama  buku yang sudah lawas
Harusnya tak mungkin si anak tak punya
Karena aku tahu, ayah anak itu pun seorang dokter

Dan mereka pulang,
Masuk ke dalam mobil,
Pulang dengan buku berkilat
Plastik pembungkus, masih sangat baru

Aku ingat ketika masih seumur anak itu
Siang tak ada yang menunggu
Bukan karena tak sayang
Ayah yang paling mencintaiku tinggal jauh
Aku tak mengapa
Sudah terbiasa

Aku berlalu, meninggalkan pikiran yang simpang sesaat
Menuju pemukimanku di sebuah kos kecil di pinggir kota

Jalanan panas
Seorang bapak tua
Mendorong gerobak, berteriak ia "rujak.. Rujaak"
Dengan suara serak
Kadang ia menghapus dahi
Ada keringat panasnya hari

Ia tua..kenapa masih bekerja?

Siluet anak perempuan, aku dan bapak tua
Kami seolah berada di jenjang tangga berbeda
Kenapa sebagian orang dapat hidup dengan mudah?
Mengapa sebagian harus hidup dalam susah?

Guruku bilang itu "karma"
Sahabat berkata "tiap orang memang punya garis tangan masing-masing"
Kenapa?

Aku kembali dalam lamunan penuh pertanyaan
Kali ini sorotan jatuh pada seorang pedagang lumpia yang lewat
Ada yang lain, ada yang berbeda
Ia menjaja lumpia dalam tawa
Dagangan di atas kepalanya itu seolah bukan apa-apa
Sangat ceria

"tak pernah ada hidup yang berat atau terlalu susah..
Tangga manapun kita berada, kita akan selalu mudah..
Semasih kita menempatkan syukur
Selama kita tak sibuk mengukur
Hidup yang indah tak dinilai dari seberapa mewah
Tapi sedalam apa kita mampu ikhlas dalam penerimaan
bahagia pada setiap perjalanan"

Cahyanidwy, november 2014

Kamis, 27 November 2014

Paprika #7

Aku takut
Merasa bagai di ujung tanduk
Semua terasa tidak jelas
Batinku cemas

Pikiranku tak bisa kuarahkan
Gigi yang terus gemeretak
Dan jantung yang cepat berdetak
Aku resah!

Kepala ini seakan berputar
Lalu ringan, terbang dan hilang
Keringat mengucur
Memandikan tubuh sekujur

Tolong!
Semua terlalu menghimpit
Aku terjepit,
sesak
Semua mendesak
Aku mual dengan semua ini

Tidur yang tak pernah lelap
Bahkan aku takut bila aku tertidur

Cahyanidwy, november 2014

Rabu, 26 November 2014

Paprika #6


Ijinkan aku memeluk kekasih yang telah lama tak kujumpai:
psikiatri


Seketika aku menjadi disleksia
Tiba-tiba aku seolah menderita Asperger sindroma
Dan terkadang aku mungkin menderita antisosial


Aku takut,
Apa aku telah menjadi schizoprenia?


Tidak,
Arus pikirku masih sangat logis realis
Tidak ada flight ideas, tanpa asosiasi longgar
Meski terkadang aku menjadi autis yang bahagia
Dan tertawa dalam afek yang tumpul mendatar


Jangan banyak bertanya
Pikiranku kalut
Jaras sarafku sedang kusut
Semua pikiran seperti benang yang semrawut


Cukup kau tahu
Ini hanya puisi
Beberapa kata yang saling ambivalensi


Jangan bertanya, "apa ini?"
Mungkin sebuah tipe sastra yang berevolusi
Mungkin ilmu medis yang terkontaminasi
Puisi
Hanya puisi


Cahyanidwy, November 2014

Senin, 24 November 2014

Paprika #5

Aku ingin bertanya, apa di dunia ini yang hanya sementara

Daun tua di ujung dahan menyahut,
"siang adalah sementara, malam adalah sementara, fajar pun sementara

Tapi waktu diantaranya adalah keabadian"


" semua bentuk yang engkau lihat,

Wujud dan bahkan raga
Itu sementara
Tapi energi yang menghidupkannya adalah keabadian"


"cinta, rasa dan segala emosi manusia

Itu sementara
Tapi zat kekal yang menciptakannya adalah keabadian"




Cahyanidwy, November 2014

Sabtu, 22 November 2014

Paprika #4

Pada pohon besar yang berdiri kokoh, kutanya tentang jiwa seorang ksatria

"seorang ksatria tidak mengenal kesedihan,

Tidak mengenal kebimbangan dan keraguan,
Ia pemberani, Tidak mengenal takut,
Pun takut, tunduknya hanya pada apa yang benar


Jujur

Ia tangguh, 
Tetapi bertahta hati yang lembut"




cahyanidwy, november 2014

Paprika #3

kita akan bertanya
pada angin yang berbisik di antara dedaunan
mengenai jiwa yang hilang dalam kehidupan

"mengapa ada jiwa yang hilang?"

sayup-sayup, menderu
"tak pernah ada jiwa yang hilang"

"mengapa, aku merasa hilang?"

"bukan engkau, bukan juga jiwa, tapi kesadaran itu yang hilang:
akan engkau adala jiwa yang tak mampu hilang"


cahyanidwy, november 2014

Rabu, 19 November 2014

Paprika #2


si penyu kecil
merangkak pelan di atas pesisir berpasir
satu dua gelombang kecil, merayu menggoda..
menggandengnya kembali ke tempat pertama ia merayap


seberapapun ia terhempas ke belakang
si penyu kecil tak jera ke depan..
kelak,gelombang yang membawa ia
menuju lautan impian

Selasa, 18 November 2014

Paprika #1

awalnya aku memilih stroberi
tetapi terlalu banyak
terlalu banyak pengagum stroberi

akhirnya aku tinggal dan berladang
di ladang paprika :)

sendok #55

seorang ksatria tersesat di jalannya pulang
ia tahu, hanya tinggal beberapa langkah
dan ia akan menuju gerbang
gerbang pembebasan

Sebebas apa?
Karena di luar kerajaan kau akan berjumpa hutan
Kuda mu, sudah kah terpasang tapal di kakinya?
jalan yang kau lalui mungkin berbatu
mungkin di depan ada lahar
mungkin juga savana yang rindang

ksatria tak pernah takut
seharusnya..
meski getir kadang membuat ia ulang berpikir
tak ada lagi jalan setapak untuk berbalik
ah, kau hanya akan jadi tertawaan bila melepas baju perang