Aku hilang (lagi)
Dan tak tahu ada dimana (lagi)
-Senyum kecil-
Ini semakin membuatku terbiasa
Sabtu, 13 Desember 2014
Paprika #11
Minggu, 30 November 2014
Paprika #10
Aku melihat pohon besar
Ia tumbuh kokoh di tengah kuburan
Bermeter-meter tingginya serupa raksasa
Cabangnya seakan menjangkau angkasa
Daunnya hampir menyentuh bianglala
Kemarin hari, pohon itu kukira mati
Tak berdaun
Cuma sisa batang dan ranting..
Aku memperhatikannya
Setiap aku berlalu lalang di jalan raya
Lama, aku baru memahami
Pohon tua ini penanda musim
Kemarin ia meranting di musim kering
Kini ia menghijau saat usai kemarau
Harusnya..
Harusnya hujan sudah turun lagi
Hanya sekali kemarin saja
Kemana hujan pergi?
Awan mendung hitam bergumpal
Mereka ibunya para hujan lebat
Jiwaku sudah sangat girang
Pertanda hujan pasti datang
Bahkan kilat dan guntur bersahutan
Menyambut hari dengan hujan
Harusnya..
Gumpalan awan tiba-tiba memudar
Seperti kumpulan domba yang terhalau dan bubar..
Tampak beberapa cahaya, menyorot, mengusir kawanan awan..
Kata ibu itu laser penangkal hujan
Ah. Manusia
Sampai kapan kau lawan kodrat alam
Pohon kau tumbangkan
Kini hujan kau batalkan
Dunia sudah panas..
Hujan di bulan ini sudah turun..seharusnya..
Cahyanidwy, November 2014
Sabtu, 29 November 2014
Paprika #9
Lah.. Lihatlah
Bukankah sekarang hidup kita makin mudah?
Untuk bicara, cukup tekan
Untuk berpesan, cukup tekan
Segalanya "cukup tekan"
Hidup semuanya serba instan
Lah.. Lihatlah juga
Setiap cerita, kata dan keluh kesah
Dari yang penuh duka,
Penuh suka cita
Bahkan berita-berita pribadi yang tak layak jadi berita
Semua mencuat di sosial media
Lah.. Lihatlah
Bagaimana kabar gembira, bisa dirayakan bersama, disiarkan secara massal
Dikuti banjir ucapan-ucapan "selamat.."
Lah, ada pula..
Ketika satu yang apakah tak punya sandaran
Tak punya buku harian
Terkadang menghujat kejam
Di media yang sama
Apapun yang kubuka
Isinya cuma keluhan
Keluhan, keluhan..
Apakah itu perlu disiarkan?
Siapa sesuangguhnya sasaran atas kata-kata yang menyakitkan?
Lah.. Sesekali kita sama
Karena ada hati yang perlu bersuara..
Apa yang engkau tulis
Adalah apa yang pikir
Jangan, jangan kata-kata sadis
Karena ada hati lain yang mungkin teriris
Jangan terlalu sering mengeluh..kau bukan kerbau yang melenguh
Lah..
Cahyanidwy, november 2014
Jumat, 28 November 2014
Paprika #8
Aku melihat seorang anak perempuan
Pulang, ditunggu oleh ayahnya
Ia bukan anak TK,
Bukan juga anak SD, SMP atau SMA
Ia juga bukan anak sekolah luar biasa
Ia seorang anak kuliahan
Mahasiswi kedokteran
Ayahnya bertanya,
"Nak, kau mau buku apa lagi?"
Si anak mengujar beberapa nama yang kuketahui
Nama buku yang sudah lawas
Harusnya tak mungkin si anak tak punya
Karena aku tahu, ayah anak itu pun seorang dokter
Dan mereka pulang,
Masuk ke dalam mobil,
Pulang dengan buku berkilat
Plastik pembungkus, masih sangat baru
Aku ingat ketika masih seumur anak itu
Siang tak ada yang menunggu
Bukan karena tak sayang
Ayah yang paling mencintaiku tinggal jauh
Aku tak mengapa
Sudah terbiasa
Aku berlalu, meninggalkan pikiran yang simpang sesaat
Menuju pemukimanku di sebuah kos kecil di pinggir kota
Jalanan panas
Seorang bapak tua
Mendorong gerobak, berteriak ia "rujak.. Rujaak"
Dengan suara serak
Kadang ia menghapus dahi
Ada keringat panasnya hari
Ia tua..kenapa masih bekerja?
Siluet anak perempuan, aku dan bapak tua
Kami seolah berada di jenjang tangga berbeda
Kenapa sebagian orang dapat hidup dengan mudah?
Mengapa sebagian harus hidup dalam susah?
Guruku bilang itu "karma"
Sahabat berkata "tiap orang memang punya garis tangan masing-masing"
Kenapa?
Aku kembali dalam lamunan penuh pertanyaan
Kali ini sorotan jatuh pada seorang pedagang lumpia yang lewat
Ada yang lain, ada yang berbeda
Ia menjaja lumpia dalam tawa
Dagangan di atas kepalanya itu seolah bukan apa-apa
Sangat ceria
"tak pernah ada hidup yang berat atau terlalu susah..
Tangga manapun kita berada, kita akan selalu mudah..
Semasih kita menempatkan syukur
Selama kita tak sibuk mengukur
Hidup yang indah tak dinilai dari seberapa mewah
Tapi sedalam apa kita mampu ikhlas dalam penerimaan
bahagia pada setiap perjalanan"
Cahyanidwy, november 2014
Kamis, 27 November 2014
Paprika #7
Aku takut
Merasa bagai di ujung tanduk
Semua terasa tidak jelas
Batinku cemas
Pikiranku tak bisa kuarahkan
Gigi yang terus gemeretak
Dan jantung yang cepat berdetak
Aku resah!
Kepala ini seakan berputar
Lalu ringan, terbang dan hilang
Keringat mengucur
Memandikan tubuh sekujur
Tolong!
Semua terlalu menghimpit
Aku terjepit,
sesak
Semua mendesak
Aku mual dengan semua ini
Tidur yang tak pernah lelap
Bahkan aku takut bila aku tertidur
Cahyanidwy, november 2014
Rabu, 26 November 2014
Paprika #6
Senin, 24 November 2014
Paprika #5
Sabtu, 22 November 2014
Paprika #4
Paprika #3
Rabu, 19 November 2014
Paprika #2
Selasa, 18 November 2014
Paprika #1
sendok #55
Jumat, 22 Agustus 2014
sendok #54
aku kehilangan tulisan yang baru saja kutulis dengan susah payah. kehilangan sebuah ceritaku padamu. kehilangan rasa tenang sejak beberapa hari yang lalu. mungkin aku lelah. jujur, aku ingin pulang. sekedar bersandar di depan altar dan memuja Tuhan. bertanya apa yang salah?
Tuhan, aku merasa hilang arah. kembali terisolir dengan lingkunganku sendiri. kembali tertutup dari dunia di sekitarku. sebuah tembok yang mengelilingi. aku ingin berlari.. tapi entah kemana.
aku tahu kau tak pernah membiarkanku sendiri. aku tahu kau selalu ada saat aku merasa sepi.
ah.. lagi-lagi ini hanya puisi hati seperti telur orak-arik.
bolehkah kuberseru pada penjilat? bolehkah ku menghujam para bermuka dua?
atau hujam saja aku.. agar aku bisa melepaskan egoku
memenggal kepalaku yang terlalu berat karena keegoisanku sendiri
tuhan kau tahu aku takkan meninggalkan mereka yang kesepian. bolehkah aku pergi menjauh dari keramaian..?
entah kenapa hening kini indah menjadi kawan. mungkin aku hanya lelah dan ingin tidur sejenak. mungkin aku hanya ingin berjumpa dengan kedua orang tuaku, ingin merengek seperti ketika aku masih bayi.. bolehkah ? meski kini usiaku sudah kepalang 2
dimana hari bisa kusematkan? dimana hati bisa kutenangkan? apakah aku bersedih atas ketidakadilan? apakah aku menangis atas ketidaksempurnaan
tuhan, penguasa jiwaku sayang
kabut disini sangat dingin menusuk kulit yang kering
bulu roma kaku, kuku membiru
cyanosis..
ah satu cangkir mie dalam gelas
masih hangat
masih berasap
menemaniku membuat tulisan tak tentu arah
Jumat, 10 Januari 2014
Sendok #53
they must be buzy now..
Help them to finish their task :)
May them be patient and strong enough to overcome their enemy :)
Bless them..
Always keep their smile :)
Thankyou God
I love you God
Kamis, 09 Januari 2014
Sendok #51
Ah, baru sempat kutuliskan
OK
Apa kabarmu?
Lama tak berjumpa
Trakeoesofageal fistula
Mempertemukan kita
Monitor menyapaku merdu
Dengan nadanya yang selalu begitu
Kini perhatianku tertuju
Pada benang-benang berpadu
Dan denting gunting
Aku masih..masih cinta
Bahkan ketika kita terjebak dalam problema desaturasi
Dan aku mulai takikardi
Adrenalin terpacu, lobus frontalisku berdenyut lebih cepat
Neuron berlari kilat
Apa?
Mengapa?
Ah, suasana OK :)
Sendok #50
Pikiran terombang ambing
Sayang ini bukanlah di tengah lautan
Kapalku mungkin akan karam
Dan aku tenggelam tanpa pelampung dan sampan penyelamat
Sikap ia kepadaku
Membuat aku bertanya
Sayang rumput hanya bisa bergoyang
Di lambaian angin ia berbisik
Cukup pelan
Aku tak mendengar
Tinggalkan aku dalam kebisuan
Pertama ia terlihat peduli
Bertanya ini dan itu
Seperti derik pintu yang terbuka sekian lama
Aku ikut dalam alurnya
Rumah kecil dalam jiwa
Kami berbincang seolah lama tak bersua
Tanpa kopi atau kudapan
Dan ia bagai teman ternyaman
Tapi waktu cepat terlupakan, cepat berjalan
Apakah ia menemukan kebosanan
Katanya, jangan hanya berpikir seorang
Asumsi sembarang
Lalu bagaimana?
Ia tak memberi penjelasan
Dan yang lain berkata
Jangan banyak kau tanam harapan
Bilamana hujan tak datang
Harapan itu meranggas dalam kekeringan
Aku takut
Lalu siapa yang harus kupercaya
Dan biarlah waktu
Hatiku pasti kembali hambar
Dalam sendiri kau akan temukan damar
Tiap malam akan diganti fajar
Dan puisi ini sampai disini
Tanpa ada kesimpulan
Untuk apa?
Selayaknya memang demikian
Maksud tersembunyi dalam tulisan
Dan timbul banyak tafsiran
Disitulah kenapa puisi kutemukan indah
Mengkaitku lebih dalam tanpa terlepas
Mungkin ia serupa
Mencoba meninggalkanku dalam bimbang
Aku bisa terima
Tapi jangan lama
Aku bisa saja beranjak
Bagaimanapun dunia nyataku perlu kepastian
Keretaku tak mau menunggu penumpang
Dan beberapa hal
Aku hanya akan memberi dua pilihan
Buat saja aku lupa
Hingga pintuku tak mampu kau buka
Atau tinggalah
Berteman hidup sampai tua
Sendok #49
Dan untuk kesekian kalinya
Mereka kembali bertanya
Ada apa antara aku dan dirimu
Apakah aku salah satu pengikutmu atau bukan
Salah
Ini bukan hubungan ikut-ikutan
Sehingga aku tak mau disebut pengikut!
Bagiku, Engkau lebih dari itu
Kau adalah sahabatku..yang mendengar dengan setia setiap keluh kesahku
Kau adalah ayahku..yang melindungiku dimanapun aku berada
Kau adalah ibuku..yang mengasihiku tanpa pamrih
Kau adalah saudaraku..kau adalah kekasihku..
Yang mencintaiku sebagaimana diri ini kau ciptakan
Mereka tidak pernah tahu
Aku tidak peduli
Yang aku tahu, hanya engkau yang selalu disisiku
Terserah..
Engkau..
Aku tahu
Dalam diri yang mempertanyakan itu
Kau ada di dalamnya
Mengingatkanku dengan cara yang lain..
Seperti janjiku padamu
Tak ada benci pada mereka
Terserah
Hanya engkau
Aku dan engkau
Lalu engkau
Selamanya engkau :)
Penciptaku.. Aku merindukanmu
Minggu, 05 Januari 2014
Sendok #48
Malam larut
Gundahku bukanlah seputar ujian
Kali ini semisal perasaan
Laron terbang pertanda ini musim hujan
Di bawah lampu ia berputar-putar
Apa yang kau temukan disana?
Apa kau datang membawa pesan
Ataukah hanya memenuhi hasratmu
Cahaya lampu
Hanya lampu, laron
Apakah kau sebenarnya menginginkan rembulan?
Oh, rembulan terlalu jauh
Dan lampu kecil ini yang sedikit terang kau kira dirinya?
Bukan..
Ini hanya lampu
Tak seperti rembulan yang kau rindukan..
Tak cantik seperti rembulanmu..
Tak seterang rembulanmu..
Kenapa masih berputar disana?
Lampu itu sudah terbiasa disana
Tanpa laron atau kupu-kupu
Tiada yang berputar di sekitarnya
Ia sudah terbiasa
Sayapmu akan lepas, laron
Dan kau akan kembali ke tanah..
Lampu juga tak akan selamanya bertahan terang
Tapi biarlah dalam satu masa
Ada waktu antara kau dan dirinya
Untuk kubuat cerita
Dan seperti manusia
Hanya masa dan takdir pemisah jiwa
Semampu engkau
Berputarlah di sekitar lampu
Ia bahagia ada engkau disisinya
Lampu kecil itu
Ijinkan sinarnya menerangimu
Sampai pagi datang
Sampai kau tak mampu lagi berputar
Sampai ia berhenti berpijar
Sabtu, 04 Januari 2014
Sendok #47
Hari itu aku bertemu malaikat
(setelah cukup lama)
Ada hal yang lain dari malaikat ini
(ingin kutanya kabar, tapi sudah setiap hari)
Mungkin, ia akan menjadi seseorang yang penting di hidupku
(saat Tuhan memberi restu)
Kurasa ia kesatria
(karena lembutnya pada yang lemah)
Entah ia parkirkan kudanya dimana
(karena ia datang tiba-tiba di hidupku)
Tapi ia datang, memberikan banyak senyuman
(sejak pertemuan kami yang telah 1 bulan)
:)
Berjalan di belakangnya
(hanya mampu melihatnya punggungnya)
Sudah cukup bahagia
(bahagia yang sederhana)
Mungkin mulai mengaguminya
(atau cinta?)
Kadang takut
(si hati lemah)
Bila sungguh-sungguh, tolong yakinkan
Apakah jawaban
Dari semua pertanyaan
(atau hanya penggalan kisah dalam perjalananan?)
Sayang, aku terlahir menjadi hawa
(tapi aku bahagia, tidak ada sesal ini)
Bila bukan, mungkin bisa kukejar
(aku tahu, bila sungguh dirinya, ia tak akan berlari)
Sampai kapan akan menanti?
(memang seharusnya seperti ini)
Atau.. Lepaskan?
(biarkan ia memilih jalan)
Sendok #47
Hari itu aku bertemu malaikat
(setelah cukup lama)
Ada hal yang lain dari malaikat ini
(ingin kutanya kabar, tapi sudah setiap hari)
Mungkin, ia akan menjadi seseorang yang penting di hidupku
(saat Tuhan memberi restu)
Kurasa ia kesatria
(karena lembutnya pada yang lemah)
Entah ia parkirkan kudanya dimana
(karena ia datang tiba-tiba di hidupku)
Tapi ia datang, memberikan banyak senyuman
(sejak pertemuan kami yang telah 1 bulan)
:)
Berjalan di belakangnya
(hanya mampu melihatnya punggungnya)
Sudah cukup bahagia
(bahagia yang sederhana)
Mungkin mulai mengaguminya
(atau cinta?)
Kadang takut
(si hati lemah)
Bila sungguh-sungguh, tolong yakinkan
Apakah jawaban
Dari semua pertanyaan
(atau hanya penggalan kisah dalam perjalananan?)
Sayang, aku terlahir menjadi hawa
(tapi aku bahagia, tidak ada sesal ini)
Bila bukan, mungkin bisa kukejar
(aku tahu, bila sungguh dirinya, ia tak akan berlari)
Sampai kapan akan menanti?
(memang seharusnya seperti ini)
Atau.. Lepaskan?
(biarkan ia memilih jalan)