Blinking Cute Box Cat

Selasa, 26 November 2013

Sendok #33

Sudah 8.13 pm
Aku belum mandi
Yang paling mengkhawatirkan, belum dapat pasien ujian

Cuma disini kutumpah keluhan
Ketikan-ketikan tak penting
Hanya pereda hati yang genting
Tidak, aku tidak mau sinting
Ini hanya agar aku tahan banting
Seringan ranting, setajam gunting
Aaaaaa rambut mulai kriting
Dan jalanku mulai bagai kepiting
Lompat tupai melenting
Gilaa ini sinting!

Trisiklik ding!

Sendok #32

Dan setiap stase selalu memiliki masa galau yang sama

Ujian dan pencarian pasien

Sendok #32

Dan setiap stase selalu memiliki masa galau yang sama

Ujian dan pencarian pasien

Minggu, 24 November 2013

Sendok #31

Kelinci kelinci mampu melompat jauh
Kangguru, tupai, katak dan beberapa mamalia darat mampu melakukannya

Setiap mereka berpesan serupa
Jangan jatuh ke lubang yang sama

Sendok #31

Kelinci kelinci mampu melompat jauh
Kangguru, tupai, katak dan beberapa mamalia darat mampu melakukannya

Setiap mereka berpesan serupa
Jangan jatuh ke lubang yang sama

Sendok #30

Hari ulang tahunmu baru saja berlalu
Dan aku masih belum memberi hadiah apapun
Langit di atas tahu
Tak ada yang kumiliki selain dirimu

Saat aku datang ke pestamu
Aku kembali tak tepat waktu
Adakah sisa tempat?
Bahkan bila itu harus diujung pintu

Sendok #29

Aku rindu percakapan kita
Tentang kenapa dan bagaimana

Oxygen curve disociation
Autonomic nervous system
Adrenergic, cholinergic
Symphatetic, parasymphatetic
Pediatric anesthesy
Respiration system, cardiovascular system
Prone position, blood tranfusion
Fluid therapy

Aku rindu perdebatan kita
Tentang apa yang seharusnya

Propofol, fentanyl atau ketamin?
HES atau kristaloid?
RL atau NaCl?
Lidocain atau Bupivacain?
Atrakurium atau suksinilkolin?
Skopolamin atau atropin?
Nasal kanul atau sungkup muka venturi?

Aku rindu setiap detik waktu yang berlalu di OK dan saat kita jaga

Setiap ventilasi dan perfusi
Kesempatan untuk intubasi
Oxygen delivery dan saturasi
Jackson Rees dan corrugated
STATICS

I am in love with you
Anestesi :)

Jumat, 22 November 2013

Sendok #28

..
dan nasib selalu menjadi kambing hitam
Atas penggalan cerita yang tidak bisa disambungkan

..

Selamat jalan
Semoga damai di keabadian
Di sisi Tuhan

..

Sendok #27

" Life is not just breathing, eating or walking. Life is about how you make your life full of meaning. "

Rabu, 20 November 2013

Sendok #26

Sampan kecil mampir di pesisir
Katanya ia akan lewat di kali besar
Itu rumah yang dulu, sebelum si daun kering menjadi penyu

Beberapa kalajengking sempat lewat
"kau tak pulang?"
Batin meragu, perlu?
Setelah pesisir begitu nyaman, tak ingin ditinggalkan
Mungkin cabang dan ranting merindu
Dan tak salah bila aku kembali sejenak
Hanya untuk bertemu

Sampan melaju pelan
Perlahan dalam ketidakpastian
Aku menyongsong janji yang dibuat hati
Agar ia lega

Bulan separuh ikut mengantar
Sinarnya cukup berbincang bisu
Banyak makna
Satu dua terpaku di antara papan kayu
Hatiku mungkin telah sebagian terpatri di pesisir
Mulai bertanya
Dimana rumah? Kemana pulang?

Sampan menepi.. Akar-akar mangrove, menahan sekaligus menjadi tangga pulang
Sirip-siripku tak cukup kuat
Kutunggu di bawah saja
Kutitip pesan pada lalat yang lewat
Sampaikan pada cabang paling tinggi, aku kembali

Cabang tak meliuk
Pun angin yang menekukkan tak membuatnya menoleh
Aku hampa, terlupakan?
Bukan lagi daun kering
Siapa yang mengenal daun kering dengan bau air

Selasa, 19 November 2013

Sendok #25,5

Kita satu rumah
Karena itulah aku telah menganggapmu saudara

Aku telah memesan dari jauh
Pada kalender dan masa yang akan datang
Sebuah jaminan aku akan bertemu engkau
Sebuah cerita, seorang saudara
Dan sebaris kata
Dan perasaan bahwa aku bisa pulang ke rumah

Kita punya mimpi
Dari rumah yang sama, aku yakin aku punya penunjuk jalan
Dan panutan

Bahkan belum ada masa

Setelah kau menghilang
aku tak akan pernah punya masa
Mereka yang lalu pernah berbagi matahari denganmu
Pun kini tak punya masa

Kami tak akan punya masa
Bila itu untuk engkau
Hanya lembaran usang, yang akan mereka jaga baik sebaik mereka mengingatmu
Sebaik kau yang mengingat mereka

Hanya Tuhan yang kini punya masa
Atas kami
Atas kakak sepenuhnya

Ada banyak malaikat surga
Pasti..

Sendok #25

Burung burung terbang
Kepakan sayapnya membawa udara
Angin serta merta membawa berita
Mengapa ia berhembus ke barat?
Senja telah cukup jingga
Tertutup kelabu menderu awan hitam
Hujan

Manusia manusia berderet
Ada apa dengan raut wajah kalian?
Sendu layu, tanah tak punya cerita
Kenapa memandang ke bawah?

Hujan tumpah
Tetesannya menghujamku
Di tiang tiang aku berlindung, tetap basah
Di tiang aku bersandar, aku tetap lemah

Senin, 18 November 2013

Sendok #24

Daun kering kecil
Aku telah jauh dari akar-akar pohonku
Mengikuti arus
Menari di gelombang air
Mungkin saja dalam, namun akan tetap mengalun di permukaan

Kau tahu daun kering
Waktu lah raja yang memutuskan hidup
Kapan ia harus berjalan
Kapan ia harus berhenti
Dan kapan sang raja memberi kesempatan

Aku daun kering kecil
Waktu dan lumut menumbuhkan sisik dan cangkang di punggung
Penyu kecil, keempat kakinya hanya sirip serupa ikan
Gerakku lebih bebas
Hilang timbul di tepian
Sesekali lamban
Tak apa.. Di air kau mampu kalahkan hiu..
Ah, bukan tujuan si penyu kecil
Ia hanya berenang
Mengikuti gelombang
Tak ada yang ingin tuk dikalahkan
Bukan 17an dengan perlombaan
Setiap hari adalah permainan
Meliuk badan, menyibak tekanan
Berjemur di bebatuan

Penyu kecil
Kau punya cangkang
Bila takut, masuklah
Bila lelah masuklah ke rumah
Rumah yang selalu kau bawa dimanapun ada gelombang dan karang

Hatimu pun cangkang..hatimu pun rumah

Sendok #23

Daun daun kering jatuh
Di atas air dan membawanya pergi jauh
Apakah kelak kalian akan rindu?
Aku merindukan ranting-ranting yang menyangga tangkaiku
Rindu cabang-cabang kokoh yang menopangki
Rindu matahari dan sinarnya yang membantu menelurkan bunga dan buah

Apakah di sana lebih baik daripada di sini?
Daunku semakin tua dan coklat
Tak mungkin bersemai dan kembali jadi pucuk
Sekali injak aku renyah dan pecah
Tapi air telah menapis seratku yang rapuh

Ah, ingatanku terbang pada beberapa orang
Orang yang baru kukenal seumur bunga yang kembang
Aku tak tahu, apakah kehadiran mereka
Atau kata yang mereka ujarkan
Membesarkan hatiku melapangkan jalan impianku

Hanya waktu
Dan aku mungkin hanya pierlu mengikuti gelombang air
Hilir telah dekat
Aku akan berhenti si sudut semak
Biarkan arus perlahan menggerus serat
Hanya tinggal tangkai

Minggu, 17 November 2013

Sendok #22

Mendung,
Aku kembali ke posisiku
Jarum, spuit, ondan dan ranitidin
Apa kabar kalian?
Kita jumpa di ok yang berbeda
Bermil-mil jauhnya dari tempat aku bertemu kalian

Kalian tetap sama
Mirip tuyul-tuyul mungil berkepala lancip
Awas, baik-baiklah
Leher kalian akan kupatahkan
Menyeruput habis isi tubuhmu
Mengalirkanmu dalam nadi pasienku

Premedikasi
Pasien nyaman
Induksi mudah
Obat-obat bius tak perlu kuberi banyak
Dan pasienpun tak akan meneteskan liur berlebih

Ah apa ini
Bukan puisi
Hapalan premedikasi
Titik

Sabtu, 16 November 2013

Sendok #21

Gerimis menghantarkan aku menyibak kepulan asap angan angan
Jiwa ini masih kanak-kanak
Begitulah kata ayah, ibu, saudara dan sahabat

Capung-capung terbang
Bolehkah aku ikut menumpang?
Aku ingin ke negeri penuh bunga
Disana bertemu ratu peri yang baik
Dengan daun-daun teranyam jadi mahkota

Jumat, 15 November 2013

Sendok #20,5

Susunan kata-kata mencoba meneruskan maksudku
Mereka terpampang
Menarik ujung alis ke dalam
Ombak-ombak lebih ramai
Kerang-kerang lebih keras mencengkeram
Kata-kataku sepi, mudah tertebak

Kembali bertanya apa hati yang simpang lalu
Gubuk kecil tempat singgah
Ia kosong
Tak ada dipan, kursi atau meja
Biliknya hanya bambu-bambu kurus
Yang datang bisa duduk sejenak
Ini ada teh,masih hangat, aroma jahe
Biskuit sedikit taburan perasa kelapa
Begitu habis, pergilah
Kembali ke jalan dimana harus berjalan
Piring ini akan kucuci
Remah-remah sisa kan kubagikan pada semut hitam yang rajin menungguku di cela retak dinding bambu
Ini hanya persimpangan
Bila nakhoda telah bersiap
Bergegaslah, kapal tak menanti di pelabuhan

Sendok #20

Hatiku simpang lalu
Ia mencoba bertanya sajak romantis
Maaf aku masih punya janji

Malaikat-malaikat datang
Nampak seperti itu
Orang-orang sawah pun tak mengapa
Semua boleh bersuka ria
Gerimis
Jadi milik hati yang sendiri

Sudah kukirim lewat pos
Mungkin daun hendak ikut berpaut
Kering dan melayu
Kadang itu memang peraturan waktu
Bila ada masa purnama
Ada pula saat bulan itu tak kita sua

Tidak bisa kumengerti
Jangan bertanya
Aku tak punya jawaban yang lengkap
Tak cukup dengan kalkulus
Hukum-hukum pun tak ada
Setengah cinta

Jangan. Aku menolak
Aku tak mau makan bila bukan dengan piringku
Sendok-sendok tak akan mau menari
Pisau-pisau cukup tajam
Mengiris sayuran saja atau beberapa buah warna merah
Jangan hati, jangan iris hati

Untukmu
Suratku sudah sampai?
Kau kirim apa sebagai balasan
Ayo berbincang sejenak
Mawar-mawar merekah cantik di kepalaku
Petik satu
Dan duri mungkin merogoh ke dagingmu

Tidak, tidak ada.. Mawar yang boleh kau petik dari kepalaki
Tak mau melukaimu

Kamis, 14 November 2013

Sendok #19

Kemarin
OK 23.46

"Dik, ayo coba ambil darahnya, bisa kan?"

-aku bersiap mengambil darah
Dalam hati aku memanggilmu keras-keras
Tolong, bantu aku..

"yak, bagus, sekarang bawa ke lab"

-sebuah kata sederhana
Sebuah kesempatan yang bagi siapapun adalah hal biasa
Dalam hati aku berseru padamu keras-keras
Terima kasih

"Sini Dik, sebelah sini. Coba nyungkup.. Perhatikan baik-baik"

-aku si kecil
Bergemetar
Konsulen memanggil
Menempatkan aku di sebelahnya
Mengajari
Membimbing
Sekali lagi, tolong aku..

"ya, begitu. Tekan di sungkupnya, dagunya agak naik. Ya, itu sudah masuk udaranya"

-hal kecil bagi yang lain
Bagiku adalah hal besar
Terima kasih, kau membantu lagi

-aku mendorong brankar
Wajah pucat lesu
Sedikit anemis

"ayo !- dengan isyarat ' semangat '"

Hal biasa
Bukan apa-apa
Tapi untukku, membuatku terbata

-serupa kaktus
Tanpa air, ia masih bisa hidup
Panas terik, ia masih bisa bertumbuh
Bukan, ia bukan makhluk paling kuat
Ia bisa mati, terkikis pasir kering
Namun saat ini ia memang harus menguatkan diri
Tapi, siapa peduli
Biarlah, toh cuma kaktus

Hujan
Ia bahkan tidak tahu ia boleh minta hujan
Ah, kaktus kecil, tetaplah bertahan dalam setiap keadaan
Andai engkau tahu
Satu tetes embun mampu meretas kelopakmu

Tak apa
Semasih ada pagi
Kau akan selalu diberkati tetesan embun
Sampai nanti hujan turun

Sendok #18

Terima kasih atas hari kemarin dan hari ini :)
Atas residen-residen yang baik hati, ramah dan murah berbagi ilmu
Atas supervisor yang memotivasi
Atas keluarga yang menyayangi
Atas sahabat-sahabat

Dan atas Engkau
Maha cintaku

Rabu, 13 November 2013

Sendok #17

Tiap sendok di kueku sebelumnya
Selalu tercecap asam
Asin, hambar
Ah kau bertanya
Tidak bisa buat kue?

Apakah engkau suka kue?
Jika ya, akan kubuatkan
Namun kadang, siapa lagi
Yang mau menerima kue kue kecilku
Yang kadang gosong
Kecut asam asin manis

Kau lebih tahu
Tak pernah ada yang tak manis untukmu

Selasa, 12 November 2013

Sendok #16

Yah, seperti engkau tahu
Jika aku menghubungimu
Ada alasan dibalik semua itu
Rindu
Atau sebentuk keluh kesah
Yang hanya bisa kubagi denganmu

Ayo jawabkan untukku
Aku meragu
Ketika kutemui kegagalan
Apakah pertanda hari depan
Aku takut
Tak mampu
Bukan jalanku

Yakinkan aku
Aku bisa dan pantas
Di jalan ini
Genggam aku erat-erat

Sendok #15

Kekasihku
Kemarin aku tak sempat menghubungimu
Engkau tahu
3 hari lalu aku jaga
2 hari lalu begadang menyelesaikan paper
Dan kemarin rasa lelah menang atas ragaku
Dan kantuk tiada tertahan
Tidurku pulas

Aku lewat di rumahmu
Seperti biasa
Mencari ketenangan batin
Memuaskan rindu padamu
Namamu diulang berkali-kali
Hatiku berseru
Aku rindu padamu!

Kapan bisa bertemu?

Senin, 11 November 2013

Sendok #14

Central Surgery Instalation
Operation Theathre 7

Berdiri mematung di antara orang-orang yang sibuk
Hanya observer-
Sekali-sekali pengambil obat ke depo
Sekali-sekali pendorong brankar
-tetap gagah dan bangga
Ini juga bagian dari penyelamatan!

Bayangkan kalau residen yang harus mengambil obat
Siapa yang awasi pasien?
Kalau-kalau ini itu terjadi pada pasien,kamu bisa?

-mortalitas morbiditas
Sedapatnya Hindari
Lakukan usaha prevensi

Bayangkan kalau mbok-mbok yang ngambil
Dik, kalau begitu mereka yang asisten dong?

-hidup ini hanya sekali
Masa co-assisten pun hanya sekali
Ingat, dulu kala
Saat pertama kali kita masuk gerbang FK
Puji syukurnya diri dan keluarga

Di tempat lain, ada yang menangis
Memohon meminta
Seperti kita, menjadi kita

Ingat Janji!
Wahai Dokter Muda
Menghargai setiap kesempatan yang diberikan
Dengan sebaik-baiknya

Minggu, 10 November 2013

Sendok #13

Ruang OK

"Dik, ayo siapa mau nyungkup?"

-Aku maju
Memposisikan tangan di sungkup muka

"Bukan gitu caranya Dik
Duh, kamu dulu ngga lulus skilllab ya?"

-kelingkingku dipindah ke ujung dagu
Salah pegang sungkup
Satu temanku kembali mengulangi, kamu ngga lulus skill lab!
Dia mengulangi lagi
Mengulang beberapa kali
Kamu ngga lulus skill lab!

-ah, dua kata itu menusuk

"Ayo Dik, coba cek matanya"

-aku buka kelopak mata
Pasien di atas meja operasi

"Bukan gitu Dik
Cek di bulu matanya
Ngedip ngga?"

-diikuti gelak tawa, 1, 2, 3.. 6 orang residen

"Dik, bantu isi salep matanya ya?"

-aku pencet gentamisin
Mulai dari lateral

"Dik, isinya di mata
Bukan di bulu mata
Mau ngisiin eyeliner kamu Dik?"

-dan kembali mereka tertawa
Kupaksa ikut tertawa
Menertawakan diri sendiri
Konyol
Batinku meringis
Aku tak sekuat itu, kau tahu..

"Lebih baik sekarang salah
Daripada setelah jadi dokter kamu salah"

-tetap saja
Tak cukup menghibur
Hari ini tak akan kulupakan
Kalian, kalian, kalian

Dendam?
Tidak aku tidak suka
Benci?
Ah itu apa lagi

Cuma cerita untuk cucu-cucu nanti
Atau murid-muridku nanti

Sabtu, 09 November 2013

Sendok #12

Fraktur cruris,
Pediatri,

Dik, nanti jam 7, jelasin saya tentang pediatri ya

Ulserasi korneosklera,

Dik, siapa yang sudah lewat mata?
Siapa yang udah lewat ped?
Hm,ok, bagi aja ya
kamu mata, kamu ped, kamu kardio

Pergantian jam 12,

Dik, inget ya, ntar jam 7
Mata, ped, kardio

-Oh dokter residen chief
Mengapa oh mengapa
Ada paper yang harus kubuat
Tapi di telingaku selalu terngiang-ngiang mata ped kardio

Mata ped kardio

Sendok #11

Fajar,
Aku terjaga
Laptopku masih belum hidup
Sudah kutanya sahabat
Mereka tak bisa membantuku

Waktu,
Terus mengejarku
Begitu juga teman-teman kelompok
Sudah, sudahkah ?
Nafas tersengal, hati terseok

Dengan ini
Apa papermu jadi?
Ah, dik koas
Ayo, apa tanda-tanda kesulitan airway?

Peningkatan usaha nafas
Retraksi dada
Pergerakan dada asimetris
Tidak ada suara nafas
Atau ada tambahan suara nafas

Sumbernya?

Baik, ini puisi bukan artikel ilmiah

Orang sastra mungkin akan mengamuk
Apa ini?
Itu yang disebut puisi?
Amburadul!

Tidak berpaut
Nyambung kesana kesini
Ah, maklum
Bukan bidang utamaku
Tapi aku telah berteman, sedari kita SD
Cukup
Sana, baca buku hemodinamik
Terapi oksigen, obat-obat premedikasi

05.54
07.00 bersiap jaga
Hari minggu

Liburpun kerja?

Tunggu, libur? Apa itu?
Semacam menu nasi campur?
Aku tidak kenal
Penyakit juga tidak kenal

Sendok #10

Siapa yang mendengar
Tangisan kucing di tengah malam
Kehilangan ibunya? Kelaparan?
Tenanglah Nak, masih kau punya rembulan

Siapa yang mendengar
Lolongan anjing di tengah malam
Sepi meski berkawan
Sesekali teman
Sesekali lawan
Berebut makanan

Siapa yang melihat
Kunang-kunang terbang gontai
Di sela hutan, di pucuk daun teruntai
Siapa yang hendak kau terangi jalan?
Dengan lampu kecilmu? Pun hanya berkedap-kedip
Meramaikan malam?

Siapa yang peduli
Aku tetap terjaga di tengah malam
Untuk mendengar tangisan kucing?
Untuk mendengar lolongan anjing?
Untuk bersaksi atas hadirnya kunang-kunang?

Karena kalian
Karena aku
Kalian tidak sendiri
Ada aku
Aku tak sendiri
Ada kalian

Sendok #9

Lihat, laptopku tidak menyala lagi
Bagaimana?
Harus bagaimana?
Besok aku jaga
Senin tulisan ini harus dikumpul
Sabtu harus jadi
Minggu ke empat maju

Bila kau disini, aku yakin
Kau akan meminjamkan untukku
Ah, kau didepanku
Apa aku tak cukup berusaha?

22 tahun
Kau tau itu hampir seperempat abad
Dan aku masih saja
Seperti anak kemarin siang

Ah
Siapa lagi kalau bukan engkau
Tempatku satu-satunya

Baiklah, ayo keajaiban!
Laptop, hiduplah
Bukankah aku sudah janji?
Tidak akan menonton drama, main game denganmu

Kumohon
Senin menungguku

Sendok #8

Dan hari ini
Aku bertemu satu lagi malaikatmu
Seperti di hari-hari lain
Dengan malaikat-malaikat lain

Ia mengajariku
Malu, sungguh
Banyak yang tak aku tahu
Tapi seperti engkau yang selalu sabar padaku
Ikhlas menerima murid yang dungu
Ia bertanya
Sesekali kujawab dengan bangkitan lena
Ia hanya menghela nafas
Menggeleng
Akhirnya menjawab pertanyaan yang ia ajukan sendiri

Ah, jangkrik-jangkrik tertawa
Suara mereka lebih nyaring
Dokter muda, kamu tau apa?

Aaa wajahku yang biasa tegang
Masam, berminyak
Mata kucing yang mengantuk
Badan berkeringat bau berpeluh
Sudah senja
Aku masih di lorong

Aku tahu, engkau hadir dalam jiwa-jiwa malaikat itu
Ah, jangan buat aku menangis
Kau selalu, selalu...

Kuminta padamu
Semoga malaikat itu hidup berbahagia dengan keluarganya
Panjangkan umurnya, lancarkan jalannya
Dan anak-anaknya
Atas kemalaikatannya hari ini kepadaku

Padamu
Tunggu,
Biarkan aku mengusap mataku

Terima kasih
Terima kasih selalu ada di dekatku
Terima kasih selalu hadir
Membantuku
Dalam setiap jiwa-jiwa malaikatmu
Pada hembus angin malam yang melelapkanku

Kau dan malaikat-malaikatmu
Sekali lagi, terima kasih :)

Jumat, 08 November 2013

Sendok #7

Sudah jam 3
15.00 Wita
Aku berlari di bawah terik matahari
Bohong
Jalan biasa
Tidak terlalu santai
Mengejar waktu
Kaplingan! Aku menunggumu!

Dik kaplingan ngga keluar hari ini..
Lho kenapa Dok?

Berlalu
Aku benda asing
Batu di tengah jalan
Wahai Aku, minggirlah
Aku kecil si penghalang

Terdiam
Matahari masih terik
Kutunggu sore
Kaplingan! Aku menunggumu!
Esok tak kuasa
Jangan
Jangan lama

Sendok #6

Siang
Di pojok RC, dekat jendela
Angin lumayan sepoi
Membantu evaporasi
Alasan lain
Ada cuk kontak
Hp dan charger pinjaman

Menunggu print out pre op

Apa??
Sungguh, Nak kau mati
Buang waktu percuma
Ayo Bangun!

Sendok #5

Nasi 8 ribu
Air 3 ribu
20 ribu, tidak ada kembalian
Kembali 10, loh?

Dok yang ngutang ya?

Ambil kerupuk

Sama aja Dok, ngga ada seribuan

22 ribu, kembali 10
Nasi, air, kerupuk

Ini makanan sehat?
Atau dagang terlalu komersil
Aaa jangan salahkan mereka
Cuma bayar pajak

Padamu
Ini
Kulempar kerupuk

Sendok #4

Aku menggigil
Bukan karena fentanil atau morfin
Disini terlalu dingin
Udara OK

Aku mengantuk
Bukan karena propofol
Bukan hirupan sevofluran
Sudah biasa
Post Jaga

Aku mengeluh
Ya seperti kerbau yang melenguh
Bukan karena hidup,bukan masa sebagai koas
Bukan residen bukan konsulen
Ketidak adilan
Aku terdiam
Teman
Bukan cuma kecurangan
Alih-alih pengertian

Cukup
Tidur saja

Sendok #3

Bukuku bertumpuk
Menunggu kugagah tiap lembarnya
Menyantap dan mencernanya di lobus frontalisku
Aku masih berkutat
Ujung-ujung phalang distal yang tak diam-diam
Apa ini?
Keluhan?
Hanya beristirahat sejenak
Tapi sejenak ini sungguh terlalu lama
Esok aku akan menemuimu lagi
Di tempat biasa
Aku belajar dulu
Aku ingin jadi dokter
Ya, ya, sebelum kau yang menegurku untuk melaksankan kewajibanku
Ayolah, aku hanya merindukanmu
Aku akan kembali ke mejaku
Menghabiskan buku-buku ini
Tak lama lagi
Tak lama lagi kau harus menungguku
Aku datang nanti dengan jas putih
Seperti yang sering kau kobar-kobarkan

Sendok #2

Oya, mereka mempertanyakan lagi
Tentang aku, tentang Engkau
Tentang kita
Lalu kujawab apa
Iya
Hanya itu saja

Kenapa tak kau bungkam mereka?
Engkau ingin mengujiku?
Seberapa niatku untukmu?
Maaf aku lancang
Terlalu berani menebak
Engkau yang di luar batas imajinasiku

Mereka semua menoleh padaku
Seolah aku tersangka utama
Apa yang salah antara aku dan engkau
Mereka tak pernah memberiku makan
Mereka juga tak ada saat aku perlu bala bantuan
Ya seperti katamu, aku tak perlu memusingkan itu
Hanya kita, hanya aku, hanya engkau
Lidah-lidah cukup tajam
Tapi pikiran yang sinis adalah tameng terlemah
Dan garam yang bisa kutaburi sendiri di lukaku
Aku bisa menggantinya
Hati baja, hati yang suci
Benteng terkuat
Seperti katamu
Aku lebih tangguh dari siapapun itu
Baiklah..
Ini senyumku yang paling manis

Sendok #1

Penghujung hari,
Aku lelah
Padahal aku baru saja terbangun
Baru saja menjelajahi mimpi
Aku meringkuk lagi
Menemui engkau
Sekadar bercerita, bertegur sapa
Namun seperti biasa
Hanya kudapati kau meminjamkan telinga
Mungkin dibelakang mataku kau tengah bertindak
Menjawab tanya-tanyaku
Engkau mendengar
Aku tau
Kau tak langsung berkata
Sungguh,sekali saja aku ingin memdengar kau bersuara
Ah, jika ya
Kau tau mungkin aku akan ketakutan
Baiklah
Engkau selalu disini
Mendengarkan aku berceloteh tanpa arah
Ya siapa lagi?
Karena engkau yang paling sabar
Dan kau tahu aku tak mau dihakimi
Kita dekat, sangat dekat
Itu kata orang-orang
Terlalu dekat, aku belum cukup mampu rasa
Kelak, ya pasti
Kita bersua seperti sebelumnya